Liputan6.com, Kutai Barat - Bagi masyarakat Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Festival Dahau adalah acara paling ditunggu. Tak heran jika banyak yang memilih pulang kampung di festival tahunan ini.
Festival Dahau merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Kabupaten Kutai Barat. Hampir semua kegiatan dalam festival ini menyuguhkan keragaman budaya yang ada di kabupaten ini.
Tercatat ada enam etnis Dayak yang menampilkan kebudayaan masing-masing. Karena merupakan festival budaya, pusat kegiatannya pun dilaksanakan di Taman Budaya Sendawar. Taman ini merupakan simbol persatuan enam etnis tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Tak hanya etnis Dayak, ragam etnis lainnya yang menghuni kabupaten ini juga ikut memeriahkan Festival Dahau. Kutai Barat ingin menunjukkan jika keragaman budaya bisa menjadi keindahan.
Bupati Kutai Barat FX Yapan menyebut Festival Dahau menjadi evaluasi atas pencapaian pembangunan ekonomi kerakyatan di Bumi Tanaa Purai Ngerimaan.
“Karena sesuai tujuan Dahau ini adalah untuk memperingati Hari Jadi Kutai Barat, di samping itu momen ini sebagai evaluasi atas apa yang sudah kita lakukan selama ini, termasuk untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan di Bumi Tanaa Purai Ngerimaan,” ujar Yapan.
Meski dilaksanakan rutin, namun selalu ada yang berbeda setiap tahunnya. Ada keistimewaan berbeda yang bakal selalu dikenang.
Seperti tahun ini, Festival Dahau juga punya banyak keistimewaan. Apa saja keistimewaan itu?
Dihadiri Presiden Joko Widodo
Sejak lama, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat ingin mengundang presiden untuk menghadiri Festival Dahau. Namun kesibukan kepala negara tak sempat menghadirkan orang nomor satu di republik ini.
Namun tidak dengan Festival Dahau 2023 kali ini. Presiden Joko Widodo benar-benar hadir menyapa masyarakat Kutai Barat yang sedang merayakan Festival Dahau.
Presiden Jokowi menyempatkan terbang dengan helikopter dari Ibu Kota Nusantara menuju Kutai Barat, Jumat (3/11/2023). Sebelumnya presiden mengunjungi IKN untuk peletakan batu pertama sejumlah proyek serta memantau proyek pembangunan fisik lainnya.
Begitu tiba di Alun-alun Itho, presiden disambut ribuan masyarakat Kutai Barat yang berpakaian adat. Keragaman etnis tergambar jelas dari pakaian adat yang dikenakan masyarakat.
“Saya betul-betul sangat senang, saya betul-betul sangat gembira, bisa hadir di Bumi Tanaa Purai Ngeriman. Dan di Festival Dahau yang ini merupakan festival yang selalu dinanti-nantikan oleh masyarakat Kutai Barat,” kata Presiden Jokowi mengawali sambutannya.
Ragam warna-warni dari tampilan ragam etnis di Kutai Barat tersebut memukau Presiden Jokowi. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini melihat wujud persatuan dalam keragaman itu di Kutai Barat.
“Di sini saya melihat semangat Bhineka Tunggal Ika bisa di wujudkan secara nyata, dan indonesia tadi saya sampaikan adalah negara besar yang terdiri dari berbagai suku, berbagai agama, berbagai budaya,” tambahnya.
Maka kehadiran Presiden Jokowi di Festival Dahau tahun ini tentu terasa sangat istimewa. Masyarakat Kutai Barat akhirnya bisa melihat kepala negara secara langsung. Sesuatu yang belum pernah terjadi sejak Indonesia Merdeka.
Advertisement
Gelar Bangsawan Adat untuk Presiden Jokowi
Pada momen kunjungan tersebut, masyarakat adat di Kabupaten Kutai Barat memberi gelar bangsawan adat kepada Presiden Joko Widodo. Pemberian gelar ini diberikan langsung oleh Kepala Adat Besar Kutai Barat Manar Dimansyah dihadapan ribuan masyarakat Kutai Barat.
“Izin bapak presiden, dan mohon perkenaannya, saya mewakili segenap masyarakat adat se-Kabupaten Kutai Barat. Dengan bahagia dan penuh rasa bangga, menganugerahkan gelar kehormatan bangsawan adat kepada bapak presiden dengan gelar Ajiq Tatau Narakng Bulau, Penimakng Sookng Mantiiq, Penerajuuq Bawe Ayaakng,” kata Manar di hadapan Presiden Jokowi.
“Yang (artinya) adalah berhak dan berwenang untuk membentuk, menetapkan dan menempatkan putra-putri terbaik bangsa untuk melaksanakan tugas, bertujuan perdamaian dan dapat tercapainya kesejahteraan,” sambungnya.
Kepala Adat Besar Kutai Barat kemudian menyerahkan sebuah tutup kepala khas Suku Dayak yang dipasang bersama ke kepala presiden. Saat pemasangan, ribuan warga yang hadir tampak antusias dengan berulangkali menyebut nama presiden.
Bayi Tabung Badak
Di tengah hiruk pikuk Festival Dahau, Senin (30/10/2023), Bupati Kutai Barat FX Yapan menerima kunjungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur. Bertempat di ruang kerja bupati, Yapan juga menerima tim dokter dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pertemuan ini membahas upaya menyelamatkan badak Kalimantan. Kabupaten Kutai Barat memang merupakan rumah bagi satu individu badak Kalimantan bernama Pahu. Satu lagi berada di Kabupaten Mahakam Ulu yang diberi nama Pari.
Dua badak tersebut merupakan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) terakhir yang ada di Kalimantan. Sebelumnya pernah ada di Sabah, Malaysia namun dinyatakan mati pada 2019 lalu.
Pahu, badak sumatera di Kalimantan kini menghuni Suaka Badak Kelian (SBK) di Hutan Lindung Kelian PT Hutan Lindung Kelian Lestari, Kecamatan Linggang Bigung. Sementara Pari kini masih berada di alam di Kabupaten Mahakam Ulu. Kedua badak ini merupakan badak betina.
Pembicaraan Bupati Yapan dengan BKSDA Kaltim adalah upaya penyelamatan terakhir badak sumatera yang ada di Kalimantan itu. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan punya rencana khusus menyelamatkan badak Kalimantan.
Salah satunya dengan teknologi reproduksi berbantu atau Assisted Reproductive Technology (ART). Sel Telur Pahu akan diambil yang kemudian dibawa ke Laboratorium IPB University, di Bogor, Jawa Barat. Kemudian sel telur ini akan disatukan dengan sperma dari badak sumatera yang ada di Taman Nasional Way Kambas. Istilah sederhanya adalah bayi tabung.
“Kami mengapresiasi setinggi-tingginya usaha BKSDA Kaltim dan Kementerian LHK atas usaha menyelamatkan badak ini. Kita sudah usaha mencari badak lain tapi tidak ketemu. Jadi satu-satunya cara adalah bayi tabung,” kata Yapan usai pertemuan tersebut.
Yapan mengakui, penurunan drastis populasi badak Kalimantan terjadi akibat perburuan. Di sisi lain, aktivitas pembukaan lahan untuk pertambangan dan perkebunan juga menggerus habitat badak ini.
Advertisement
Momen Perpisahan Bupati FX Yapan
Sebelum Festival Dahau dimulai, ada kegiatan Rurant Adat Sempekat. Sebuah tradisi makan bersama untuk membicarakan sesuatu yang penting. Kali ini sesuatu yang penting itu adalah Festival Dahau.
Tradisi Rurant rutin digelar sebelum sebuah hajatan besar maupun kenduri kampung dimulai. Duduk bersama sambil menikmati hidangan membuat semua rencana jadi nyaman dibicarakan.
Begitu pula Rurant Adat Sempekat yang dilaksanakan pada Senin (23/10/2023) lalu di Lamin Oheng, Kecamatan Barong Tongkok. Makan bersama seluruh lapisan masyarakat agar Festival Dahau 2023 bisa berjalan lancar.
Melalui Rurant Adat Sempekat ini Bupati Yapan juga pamit, karena Festival Dahau tahun depan sudah tak lagi menjadi bupati. Ini merupakan periode keduanya sehingga tahun depan dipastikan akan ada bupati baru.
“Terima kasih kepada seluruh masyarakat Kabupaten Kutai Barat yang telah membantu selama kepemimpinan saya sebagai Bupati. Saya pribadi memohon maaf yang sebesar besarnya apabila terdapat salah selama kepemimpinan yang saya jalankan,” ujar Bupati Yapan.
Momen makan bersama memang untuk kesuksesan sebuah hajatan atau kenduri kampung. Lebih dari itu, ada ikatan kuat, kebersamaan, dan rasa tanggung jawab.
Rekor Muri Pengguna Anjat
Kabupaten Kutai Barat berhasil mencetak rekor dunia pada penggunaan mawik gawaakng atau anjat terbanyak pada puncak perayaan Festival Dahau, Minggu (5/11/2023). Ada 10 ribu anjat berbagai sub Suku Dayak yang digunakan puluhan ribu masyarakat Kutai barat di Taman Budaya Sendawar.
Bupati Kutai Barat FX Yapan dan Wakil Bupati H Edyanto Arkan kompak menggunakan anjat dengan motif suku masing-masing. Keduanya juga tampak gagah mengenakan pakaian adat Dayak Benuaq Tunjung.
Yapan memaparkan Kutai Barat selalu bersemangat mencetak rekor dunia. Selain anjat, Kutai Barat juga pernah mencetak penggunaan seraung terbanyak di dunia. Penggunaan Anjat terbanyak kali ini sukses memecahkan Rekor Muri dengan nomor urut ke-11.376 dunia.
“Pada Festival Dahau kali ini, kita cetak rekor dunia penggunaan anjat, sebelumnya kita juga pecahkan rekor seraung,” katanya.
Anjat adalah tas anyaman rotan khas etnis Dayak. Meski zaman semakin modern, namun penggunaan anjat tak pernah lekang oleh waktu. Bahkan, semakin tahun, motif dan bentuk anjat semakin berkembang.
“Anjat tidak ketinggalan zaman, motif-motifnya mengikuti perkembangan. Para penganyam anjat di Kutai Barat selalu tahu bagaimana membuat anjat mengikuti tren,” sebutnya.
Advertisement