16 November Hari Angklung Sedunia, Ini Asal-usul Angklung

Kata angklung berasal dari bahasa Sunda ‘angkleung-angkluengan’ yang berarti gerakan pemain dengan mengikuti irama dan menghasillkan bunyi ‘klung’ dari alat musik tersebut.

oleh Tifani diperbarui 16 Nov 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2023, 00:00 WIB
Ilustrasi alat musik tradisional angklung
Ilustrasi alat musik tradisional angklung. (Gambar oleh Tri Yugo Wicaksono dari Pixabay)

Liputan6.com, Bandung - 16 November diperingati sebagai Hari Angklung Sedunia setiap tahunya. Hari peringatan ini dilatarbelakangi penetapan angklung sebagai warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada 16 November 2010.

Peringatan Hari Angklung Sedunia bertujuan untuk mendorong masyarakat lebih mengenal angklung sebagai warisan budaya asal Indonesia. Dikutip dari laman Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia, angklung adalah jenis kesenian yang terbuat dari bambu yang berasal dari Jawa Barat.

Sejarah angklung Indonesia sudah dikenal sejak abad ke-11. Sejarah angklung juga tercatat oleh orang-orang Eropa yang datang ke Tanah Sunda pada abad ke-19, ketika mereka sering melihat permainan angklung oleh warga setempat.

Kata angklung berasal dari bahasa Sunda ‘angkleung-angkluengan’ yang berarti gerakan pemain dengan mengikuti irama dan menghasillkan bunyi ‘klung’ dari alat musik tersebut. Sementara itu, menurut laman kebudayaan.kemdikbud, kata angklung diambil dari kata angka dan lung.

Angka adalah nada yang hilang, oleh sebab itu nada-nada dalam angklung terdapat empat nada atau yang disebut cumang kirang. Sementara lung artinya pecah.

Alat musik angklung terbuat dari bambu. Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awl wulung) dan bambu putih (awl temen).

Angklung biasanya terdiri dari 2 hingga 4 batang bambu yang dirangkai oleh tali rotan menjadi satu kerangka. Tabung-tabung bambu tersebut diukir secara detail dan dipotong sedemikian rupa untuk bisa menghasilkan nada tertentu ketika bingkai bambu tersebut digoyangkan.

Angklung memiliki makna berasal dari pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan kehidupan bersumber pada makanan pokok berupa padi (pare). Alat musik ini digunakan sebagai bentuk pemanggilan kepada Dewi Sri atau Dewi Kesuburan agar bisa turun ke bumi dan memberikan kesuburan pada tanaman padi.

Cara memainkan angklung adalah dengan cara digoyangkan. Tangan kiri bertugas untuk menggantung angklung, sedangkan tangan kanan bertugas untuk membunyikan angklung.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya