Islam Wasathiyah dan Ikrar Moderasi Beragama Generasi Muda Kota Palu

Moderasi beragama dengan konsep Islam Wasathiyah menjadi komitmen para pelajar, santri, dan kelompok pemuda di Kota Palu.

oleh Heri Susanto diperbarui 04 Des 2023, 23:00 WIB
Diterbitkan 04 Des 2023, 23:00 WIB
Dialog moderasi beragama di Kota Palu
Dialog Moderasi Beragama yang digelar KNPI Kota Palu dan Jaringan Penggerak Moderasi Beragama Nusantara (JPMBN) Sulteng, Jumat (1/12/2023). (Foto: Heri Susanto/Liputan6.com)

Liputan6.com, Kota Palu - Pentingnya moderasi beragama itu mengemuka dalam dialog bertema ‘Jalan Harmoni Nusantara’ yang digelar Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Palu bekerja sama dengan Jaringan Penggerak Moderasi Beragama Nusantara (JPMBN) Sulteng, di salah satu hotel di Kota Palu, Jumat (1/12/2023). Ratusan pelajar, santri, dan mahasiswa turut dalam kegiatan itu.

“Ini sebagai sarana edukasi bagi pemuda, santri, dan pelajar. Kita tidak boleh menganggap diri kita paling benar dari orang lain hanya karena berbeda pemahaman dan keyakinan,” Ketua KNPI Palu, Muh Sidiq Djatola mengatakan, Jumat (1/12/2023)

Istilah moderasi kata Sidiq muncul sebagai respons atas fenomena dua kutub pemikiran, yaitu ekstrem kanan dan ekstrem kiri.

Penganut ekstrem kanan cenderung lebih mudah mengkafir-kafirkan orang lain yang berbeda dengannya. Sementara paham kontradiksi atau ekstrem kiri adalah kelompok liberal.

Dengan konsep moderasi beragama, generasi muda khususnya di Palu diharapkan tidak terjerumus pada kedua pemahaman tersebut melainkan bersikap saling toleransi dalam mengamalkan ajaran agamanya masing-masing.

Rais Syuriah PBNU, KH Zainal Abidin yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Sulteng, menyebut konsep Wasathiyah bagi muslim bisa menjadi landasan dalam moderasi beragama. Istilah itu merujuk pada konsep menemukan pendekatan yang seimbang dan moderat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk praktik keagamaan, keyakinan, dan interaksi dengan sesama.

Islam Wasathiyah itu Islam yang menjunjung tinggi toleransi, keterbukaan, dan menghargai pendapat yang berbeda,” terang Zainal.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Bukan Pendangkalan Akidah

Ia menyatakan bahwa moderasi beragama bukan berarti pendangkalan akidah. Moderasi beragama lebih kepada sikap dan perilaku beragama tanpa mengubah ajaran agama itu sendiri. Sebab aspek utama dalam praktik moderasi beragama dalam kehidupan yaitu menghargai perbedaan.

“Seandainya Tuhan mau menciptakan satu agama, maka di dunia ini hanya satu agama saja. Tetapi ternyata Tuhan menciptakan banyak agama,” kata Zainal mengutip Surah Yunus ayat 99.

Zainal mengakui kebanyakan orang justru menonjolkan perbedaan yang berlebih-lebihan. Padahal semua agama lebih banyak persamaan dibanding perbedaannya.

Konsep Islam Wasathiyah disebut Zainal penting menjadi pegangan generasi muda di Kota Palu dan Sulawesi Tengah umumnya lantaran daerah itu pernah dilanda konflik yang mengatasnamakan agama puluhan tahun silam di Poso.

Acara dialog yang berlangsung lebih dari satu jam itu kemudian ditutup dengan deklarasi Gerakan Moderasi Beragama Sulawesi Tengah.

Para peserta serentak mengucap ikrar menjaga 4 pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika), serta menerapkan nilai-nilai toleransi dalam berkehidupan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya