Mengenal Bangunan Bagas Godang Suku Mandailing, Disangga Tiang Berjumlah Ganjil

Secara keseluruhan, bagas godang berbentuk empat persegi panjang yang disangga kayu-kayu besar berjumlah ganjil. Bangunan ini juga dibagi menjadi beberapa ruangan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 02 Jan 2024, 00:00 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2024, 00:00 WIB
Bagas Godang
Secara keseluruhan, bagas godang berbentuk empat persegi panjang yang disangga kayu-kayu besar berjumlah ganjil. Bangunan ini juga dibagi menjadi beberapa ruangan. (foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Liputan6.com, Medan - Bagas godang merupakan rumah adat tradisional Suku Mandailing. Konstruksi bangunan ini terbilang unik karena disangga oleh kayu-kayu besar berjumlah ganjil.

Mengutip dari laman Cagar Budaya Disbudpar Sumut, hampir seluruh bangunan bagas godang dibuat dari kayu. Bangunan ini merupakan peninggalan Raja Djunjungan Lubis yang menjadi Gubernur ke-6 Sumut.

Pada bagian atap, bangunan ini memiliki konstruksi berbentuk tarup silengkung dolok. Atap tersebut bentuknya seperti atap pedati yang menjadi ciri dari bangunan tua itu.

Secara keseluruhan, bagas godang berbentuk empat persegi panjang yang disangga kayu-kayu besar berjumlah ganjil. Bangunan ini juga dibagi menjadi beberapa ruangan.

Ruangan tersebut terdiri dari ruang depan, ruang tengah, ruang tidur, dan dapur. Bangunan berkolong ini umumnya dibuat dengan tujuh atau sembilan anak tangga.

Ciri khas lain terdapat pada bagian pintunya yang lebar dan berbunyi keras jika dibuka. Masyarakat Mandailing menganggap bagas godang bukan hanya sebagai rumah adat, tetapi juga sebagai tempat sakral. Pasalnya, adat dan hukum yang berlaku dalam masyarakat Mandailing dijiwai oleh bagas godang.

Mengutip laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada bagian samping bagas godang terdapat sopo godang. Sayangnya, sopo godang telah mengalami kerusakan dan kini hanya tersisa reruntuhan.

Sisa-sisa reruntuhan kayu dan fondasi itu masih ada di bagian depan bagas godang. Sopo godang dahulu berfungsi sebagai tempat untuk mengadakan pertemuan.

Pada bagian depan terdapat sebuah meriam kuno yang merupakan peninggalan masa kolonial Belanda. Meriam ini mempunyai panjang sekitar 1,5 meter.

Terkait keberadaan bagas godang, dahulu bangunan rumah berukuran 39-20 meter yang terbuat dari kayu ini menjadi tempat masyarakat bermusyawarah untuk memutuskan suatu masalah. Hingga kini, bangunan bagas godang masih berdiri kokoh dengan fungsi yang masih sama juga.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya