Mengulik Makna Jenang dalam 5 Fase Kehidupan

Jenang umumnya dibuat dari tepung beras atau tepung ketan yang dimasak dengan santan. Bahan tersebut kemudian ditambah dengan gula merah atau gula putih.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 04 Jan 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2024, 17:00 WIB
Festival Jenang Solo
Dalam festival ini ada sekitar 2.400 takir jenang dibagikan kepada masyarakat yang yang memadati daerah Ngarsopuro. Foto: Fajar Abrori/ Liputan6.com

Liputan6.com, Solo - Jenang merupakan kuliner Solo yang masih ada hingga sekarang. Selain lezat, jenang juga mengandung makna filosofis yang berkaitan dengan lima fase kehidupan manusia.

Jenang umumnya dibuat dari tepung beras atau tepung ketan yang dimasak dengan santan. Bahan tersebut kemudian ditambah dengan gula merah atau gula putih.

Jenang kerap menjadi simbol rasa syukur untuk setiap fase kehidupan. Mengutip dari surakarta.go.id, fase tersebut meliputi fase mantenan, mitoni, mitoni, puputan, tedak siten, dan perjuangan kejayaan.

Fase mantenan

Fase pertama diawali dengan mantenan atau pernikahan yang kerap menghadirkan jenang sebagai menu andalan. Pada tahap ini, seseorang akan memulai hidup baru dengan pasangannya.

Tak hanya menyatukan dua insan, pernikahan juga menyatukan dua keluarga. Pernikahan dalam adat Jawa memiliki prosesi berupa serah-serahan, siraman, dodol dawet, midodareni, upacara panggih, upacara balangan suruh, dan sebagainya.

Fase mitoni

Selanjutnya adalah fase mitoni atau tujuh bulan kehamilan. Tradisi mitoni menjadi bukti bahwa masyarakat Jawa masih menganggap tradisi sebagai suatu hal yang melekat dengan kehidupan manusia, bahkan sejak masih di dalam rahim. Tradisi ini bertujuan untuk menghindarkan ibu dan janin dari malapetaka serta meminta kelancaraan saat persalinan.

Fase puputan

Fase puputan atau sepasaran biasanya dilakukan lima hari setelah kelahiran bayi. Upacara ini umumnya menjadi penanda putusnya tali pusar si bayi. Adapun rangkaian tradisi puputan dimulai dengan upacara sepasar (Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing), yang menandakan bahwa bayi telah berusia sepasar (5 hari).

Fase tedak siten

Fase selanjutnya adalah tedak siten yang biasanya digelar saat anak berusia 35 hari. Secara keseluruhan, upacara ini bertujuan untuk mempersiapkan anak agar mampu melewati setiap fase kehidupannya kelak.

Istilah tedak siten berasal dari bahasa Jawa, yakni tedhak dan siten atau siti. Tedhak berarti kaki, sedangkan siten berarti tanah.

Fase perjuangan kejayaan

Fase terakhir yaitu perjuangan kejayaan. Fase ini adalah saat di mana manusia sudah berhasil melewati beberapa fase sebelumnya. Dengan melewati fase ini, maka manusia akan dihadapkan dengan fase kehidupan yang sesungguhnya.

Sementara itu, makna jenang dalam lima fase kehidupan manusia ini telah ditampilkan secara langsung pada 2022. Saat itu, digelar Semarak Jenang Solo 2022 yang menampilkan fase kehidupan manusia dalam bentuk lima booth stand jenang.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya