Liputan6.com, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung, menerbitkan imbauan kepada masyarakat soal peluang terjadinya cuaca ekstrem pada 6-7 Januari 2024.
Menurut Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, potensi cuaca ekstrem tersebut berupa puting beliung, hujan lebat disertai kilat dan petir, hujan es, dan sejenisnya.
"Biasanya terjadi pada musim hujan dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin serta dampak kerusakan lainnya," ujar Rahayu dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com, Bandung, 5 Januari 2024.
Advertisement
Baca Juga
Rahayu menerangkan sebanyak 12 daerah di Jawa Barat harus mewaspadai dampak banjir atau banjir bandang, berlaku tanggal 6 Januari 2024 berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak (IBF).
Diantaranya adalah Bogor, Cianjur, Sukabumi, Kabupaten Bandung, Garut, Subang, Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta, Majalengka, Sumedang, Tasikmalaya, dan Pangandaran.
"Data ini berlaku tanggal 6 Januari 2024 pukul 07.00 WIB sampai dengan 7 Januari 2024 pukul 07.00 WIB," kata Rahayu.
Rahayu menambahkan prakiraan cuaca pada 7 Januari 2024 masih terdapat 12 daerah yang harus meningkatkan kewaspadaannya terkait potensi terjadinya banjir dan banjir bandang.Daerah itu meliputi Sukabumi, Kota Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung, Garut, Sumedang, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Subang, Majalengka, Kuningan dan Pangandaran.
"Dampak yang berpeluang terjadi pada 6-7 Januari 2024 adalah jembatan yang rendah tidak dapat dilintasi, terjadi longsor berupa guguran bebatuan atau erosi tanah dalam skala menengah, volume aliran sungai meningkat dan aliran banjir berbahaya mengganggu aktivitas masyarakat dalam skala menengah," jelas Rahayu.
Selain itu, ancaman terhadap kesehatan manusia juga meningkat, seperti batuk dan pilek. Bagi yang sedang beraktifitas di luar ruangan, apabila terjadi cuaca ekstrim seperti hujan lebat dan atau angin kencang disertai kilat atau petir, untuk segera menepi dan berlindung, menjauhi tebing jika berada di wilayah yang berbukit. Hal yang perlu diwaspadai oleh masyarakat saat ini ungkap Rahayu, adalah tetap tenang dan waspada, berhati-hati setika beraktifitas di luar rumah dan mengurangi kegiatan di luar apabila tidak penting.
"Mencari informasi resmi kebencanaan dari pihak yang berhubungan langsung seperti BNPB, BMKG, Tagana, TNI atau Polri dan aparat pemerintahan setempat," tutur Rahayu.
Berkaitan dengan Peringatan Dini tinggi gelombang, bagi masyarakat yang berkepentingan ke wilayah pesisir atau Perairan Selatan Jawa Barat, agar selalu berhati-hati dan memperhatikan rambu-rambu keselamatan yang ada.Prakiraan Cuaca Secara Umum
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Potensi Pertumbuhan Awan Hujan
Prakiraan cuaca pada 6-7 Januari 2024 secara umum untuk skala global, nilai SOI, IOD, dan Nino tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.
Saat ini MJO aktif pada kuadran 2 (Indian Ocean), menunjukkan kondisi yang tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.
"Aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diprakirakan aktif di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Kalbar bagian selatan, Maluku bag timur, dan Papua dalam sepekan ke depan," kata Rahayu.
Sementara itu gelombang atmosfer Kelvin juga aktif di sebagian Jawa, Kalimantan, Sulawesi bagian Utara dan Tengah, dan Papua hingga sepekan ke depan.
Sehingga sebut Rahayu, faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
"Sirkulasi Siklonik terpantau di Perairan barat Kalimantan Barat dan Papua yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Laut China Selatan, Papua bagian utara dan tengah," ucap Rahayu.
Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang dari perairan selatan Kepulauan Bangka Belitung, Laut Filipina, Samudera Hindia barat daya Sumatera dan Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Sedangkan daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau berada di Laut Cina Selatan barat Kalimantan Barat, dari laut bana hingga NTT, Pulau Jawa dan Perairan barat Bengkulu.
Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik, dan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut.
Advertisement