7 Keunikan Desa Sade Lombok yang Telah Berdiri Ribuan Tahun

Desa Sade terkenal karena hasil kerajinan tangannya, salah satunya adalah kerajinan kayu. Penduduk Desa Sade juga membuat kerajinan kain tenun.

oleh Tifani diperbarui 23 Jan 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2024, 06:00 WIB
Menjelajah Empat Desa Wisata Suku Sasak di Sekitar Mandalika   
Dusun Sade

Liputan6.com, Lombok - Desa Sade adalah desa adat yang telah berdiri sejak 1.500 tahun yang lalu. Desa ini berada di daerah Rembitan, Kecamatan Puju, Lombok Tengah.

Desa Sade ditetapkan sebagai desa wisata pada 1989 karena keunikannya. Desa adat ini merupakan tempat tinggal suku Sasak asli yang masih menjunjung tinggi nilai tradisional.

Desa Sade terkenal karena hasil kerajinan tangannya, salah satunya adalah kerajinan kayu. Penduduk Desa Sade juga membuat kerajinan kain tenun.

Dikutip dari laman Indonesia.go.id, berikut keunikan Desa Sade Lombok.

1. Sejarah Suku Sasak

Suku Sasak adalah suku asli yang mendiami Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Suku Sasak diyakini telah menempati Pulau Lombok sejak 4000 tahun sebelum Masehi.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa Suku Sasak merupakan pencampuran dari penghuni asli Pulau Lombok dengan Suku Jawa yang datang ke pulau tersebut. Ada juga yang menyatakan leluhur orang sasak adalah orang Jawa.

Nama Sasak sendiri memiliki banyak arti. Secara etimologi sejarah, nama Sasak sendiri berasal dari kata sak-sak yang dapat diartikan sebagai sampan.

Pengertian itu dihubungkan dengan kedatangan nenek moyang orang Sasak dengan menggunakan sampan dari arah barat, dapat diartikan dari Pulau Jawa. Teori pertama mengatakan bahwa nama Sasak berasa dari kata 'sah' yang mempunyai arti pergi dan 'shaka', yaitu leluhur.

Dengan kata lain, Sasak mempunyai arti pergi ke tanah leluhur.

2. Tentang Desa Sade

Luas Desa Sade sekitar 5,5 hektar dan memiliki sekitar 150 rumah. Setiap rumah terdiri satu kepala keluarga.

Semua penduduk Desa Sade adalah suku Sasak Lombok. Penduduk Desa Sade masih satu keturunan karena mereka melakukan perkawinan antar saudara.

Mata pencaharian penduduk Desa Sade adalah petani. Mereka menanam padi di sawah tadah hujan sehingga tidak ada irigasi dengan masa panen setahun sekali.

Di tengah menunggu masa panen, penduduk Desa Sade memiliki pekerjaan sampingan menenun untuk memenuhi kebutuhan pokok.

 

Rumah Adat Bale

3. Rumah Adat Bale

Desa Sade memiliki rumah yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu Bale Bonter, Bale Kodong, dan Bale Tani. Masing-masing rumah memiliki fungsi yang berbeda.

Bale Bonter berfungsi sebagai rumah pejabat desa. Bale Bonter juga berfungsi sebagai tempat persidangan adat.

Sementara Bale Kodong berfungsi sebagai tempat tinggal untuk orang-orang yang sudah jompo. Tempat tersebut juga digunakan untuk orang sudah menikah namun belum memiliki tempat tinggal.

Bale Tani berfungsi sebagai tempat tinggal masyarakat yang kebanyakan berprofesi sebagai petani.

4. Menggunakan Kotoran Kerbau untuk Membersihkan Lantai

Masyarakat Desa Sade memiliki kebiasaan membersihakn lantai rumah dengan kotoran kerbau atau sapi sekitar semiinggu sekali. Tujuannya supaya lantai bersih dari debu-debu yang melekat, menguatkan lantai, dan berfungsi untuk mencegah serangga, terutama nyamuk agar tidak masuk ke dalam rumah.

 

Rumah Adat Tahan Gempa

5. Rumah Adat Tahan Gempa

Rumah Desa Sade memiliki desain yang sederhana. Rumah berdinding anyaman bambu, atap alang-alang kering, dan lantai yang terbuat dari campuran tanah liat dengan sekam padi.

Bangunan rumah Desa Sade juga tahan gempa. Rumah-rumah di Desa Sade masih terlihat kokoh meskipun wilayah tersebut pernah diguncang gempa.

6. Tradisi Menenun

Para gadis di Desa Sade diwajibkan untuk dapat menenun. Jika seorang gadis belum bisa menenun, maka ia tidak diperbolehkan menikah.

Para wanita di Desa Sade rata-rata bermata pencaharian sebagai penenun. Maka, sepanjang jala Desa Sade banyak penjual kain tenun.

7. Tradisi Kawin Culik

Desa Sade memiliki tradisi unik yakni, tradisi kawin culik. Pada saat akan menikah, pemuda menculik pujaan hatinya untuk mengakhiri masa lajang.

Tempat pertemuan laki-laki dan perempuan, sebelum perempuan diculik, adalah di depan pohon cinta Desa Sade.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya