Ratusan Warga Antusias Ikuti Hajad Dalem Labuhan di Pantai Parangkusumo, Perayaan Ulang Tahun Kenaikan Tahta Sultan HB X

Ratusan warga antusias mengikuti Hajad Dalem Labuhan di Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul pada Minggu (11/02) meski di tengah teriknya matahari. Labuhan berasal dari kata labuh berarti membuang, meletakkan, atau menghanyutkan.

oleh Yanuar H diperbarui 12 Feb 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2024, 13:00 WIB
20160508-Labuhan Alit Parangkusumo, Peringatan Bertahatanya Raja Yogyakarta-Jawa Tengah
Abdi dalem melarung sesaji pada prosesi labuhan alit di Pantai Parangkusumo, Yogyakarta, Minggu (8/5). Ritual yang digelar setiap tanggal 30 bulan Rajab dalam kalender Jawa ini memperingati bertahtanya Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: Boy Harjanto)

Liputan6.com, Yogyakarta - Keraton Yogyakarta menggelar Labuhan di Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul pada Minggu (11/02) sebagai penutup rangkaian peringatan 36 tahun Tingalan Jumenengan Dalem (Ulang Tahun Kenaikan Takhta) Sri Sultan Hamengku Buwono X. Budi salah satu Abdi Dalem mengatakan selain labuhan di Pantai Parangkusumo gelaran Hajad Dalem juga digelar di Gunung Merapi dan Gunung Lawu pada Senin (12/2/2024).

“Kegiatan labuhan ini kan rutinitas setiap tahun yang jatuh pada bulan ruwah. Artinya, kegiatan ini juga mengawali menjelang bulan puasa dan sebagai tanda rasa syukur keraton," katanya, Minggu (11/2/2024).

Sebelum labuhan di Pantai Parangkusumo rangkaian Hajad Dalem Tingalan Jumenengan Dalem diawali dengan prosesi Ngebluk pada Kamis (08/02), Ngapem pada Jumat (09/02) dan Upacara Sugengan pada Sabtu (10/02). Labuhan ini, ada 30 macam ubarampe (perlengkapan) yang akan dilabuh sebelumnya telah diinapkan semalam di Bangsal Srimanganti dibawa dari Keraton Yogyakarta sekitar pukul 08.00 WIB yang dilepas oleh KPH Wironegoro, KPH Purbodiningrat, KPH Notonegoro, dan KPH Yudanegara kepada para Abdi Dalem yang bertugas untuk menuju Pantai Parangkusumo.

"Jadi tidak menyimpang dari aturan agama. Dari pihak keraton itu memakai yang utama memang agama dan kedua budaya,” kata Budi tentang labuhan di Pantai Parangksumo.

30 macam ubarampe itu terdiri dari perangkat pakaian hingga potongan rambut dari Sri Sultan. Sebelum dibawa menuju kompleks petilasan Cepuri Parangkusumo, ubarampe tersebut terlebih dahulu diserahkan kepada Kepala Kundha Kabudayan Bantul Mas Riya Praja Setyo mewakili Bupati Bantul di Pendapa Kapanewon Kretek Bantul oleh Utusan Dalem yang diwakili KRT Wijaya Pamungkas.

Dari pendapa Kapanewon Kretek tersebut, ubarampe dibawa menuju Pendapa Cepuri Parangkusumo. Ubarampe tiba sekitar pukul 10.00 WIB untuk diserahkan kepada Juru Kunci Cepuri Parangkusumo Mas Wedana Surakso Jaladri kemudian kelengkapan ubarampe yang dibawa dicek kembali dan didoakan.

Ubarampe labuhan ini terdiri dalam tiga jenis wadah sesaji yakni Pengajeng, Pendherek, dan Lorodan Ageman Dalem. Setelah didoakan, ubarampe di bawa ke bibir pantai, kemudian dilabuh ke Samudra Hindia dan diperebutkan masyarakat. Putri salah warga Kediri berhasil mendapatkan sesaji labuh mengaku senang karena datang khusus di acara ini.

“Ini pertama kali ikut labuhan. Memang tujuannya mau ikut larungan ini. Dari kemarin sudah sempat nyekar ke cepuri, terus malamnya bermalam di pinggir pantai sambil nunggu (labuhan) ini. Alhamdulillah dapat (sesaji labuhan),” ujarnya.

Putri mengaku sejak pagi sudah bersiap untuk memperebutkan sesaji labuhan di Pantai Parangkusumo ini. Hasil sesaji labuhan ini akan disimpannya.

“Ini untuk disimpan saja. Istilahnya sebagai wujud berkahnya gitu. Kan kepercayaan juga. Jadi kalau kita orang Jawa itu kan kepercayaannya seperti ini. Dapat sesaji biar dapat barokahnya. Rezeki, usaha lancar juga, ” ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya