Gejog Lesung atau Kotekan Lesung, Seni Musik dari Kelompok Petani

Kini, pertunjukan gejog lesung atau kotekan lesung bisa didengarkan saat ada penyambutan tamu dengan ditambah lagu-lagu Jawa dan tari kreasi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 13 Feb 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2024, 01:00 WIB
Gejog Lesung
Gejog lesung (muntuk.bantulkab.go.id)

Liputan6.com, Yogyakarta - Suara alu dan lesung besahutan membentuk irama musik tradisional. Adalah gejog lesung, sebuah seni musik yang berkembang di wilayah Bantul, Yogyakarta.

Beberapa daerah di Jawa Tengah juga menyebut seni ini dengan nama klothek lesung atau kotekan lesung. Selain di Yogyakarta, kesenian ini juga berkembang pesat di berbagai wilayah di Jawa Tengah, khususnya di daerah yang mayoritas penduduknya adalah petani.

Mengutip dari jogjaprov.go.id, gejog lesung yang berkembang di Yogyakarta berpusat di Imogiri (Bantul), Panggang (Giriharja, Kabupaten Bantul), Kulon Progo, dan Kabupaten Sleman. Seni musik ini sekaligus menjadi ekspresi kegembiraan kaum petani pedesaan setelah masa panen.



Alat musik gejog lesung dimainkan dengan cara dipukul-pukul menggunakan tongkat kayu yang disebut alu. Sekitar empat hingga lima orang akan memainkan gejog lesung, sehingga tercipta alunan musik yang saling bersahutan.



Menurut laman budaya-indonesia.org, klothek lesung banyak berkembang sebagai bentuk kesenian tradisional di pedesaan masa lalu. Instrumen utama alat musik ini adalah lesung, yaitu wadah cekung dari kayu besar yang berfungsi sebagai wadah gabah saat ditumbuk menjadi beras.

Lesung yang dimanfaatkan sebagai alat musik dimainkan dengan cara dipukul atau ditumbuk dengan menggunakan alu. Pada bagian cekungan akan diisi dengan gabah atau padi, kemudian para pemain akan menumbuk gabah tersebut dengan alu.

Dahulu, lesung digunakan untuk mengolah beras sekaligus sebagai alat musik. Alat ini umumnya digunakan oleh para wanita.

Pekerjaan menumbuk padi yang dinilai membosankan akhirnya membuat mereka berinisiatif untuk memanfaatkan lesung sebagai alat musik. Pola tumbukan yang semula monoton pun berubah menjadi saling bersahutan dan menghasilkan bunyi yang berbeda-beda.

Sayangnya, kini eksistensi lesung semakin terpinggirkan, baik sebagai alat penumbuk padi maupun sebagai alat musik. Penggunaan lesung semakin berkurang karena adanya alat modern pengolah padi.

Meski demikian, masih ada segelintir masyarakat yang terus melestarikan kesenian ini, khususnya di Bantul, Sragen, Purbalingga, Blora, dan lainnya. Kini, pertunjukan gejog lesung atau kotekan lesung bisa didengarkan saat ada penyambutan tamu dengan ditambah lagu-lagu Jawa dan tari kreasi.

 

Penulis: Resla

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya