Tak Seindah Kenyataan, 5 Hal Ini Bikin Drakor Punya Kisah Cinta Utopis

Drakor kerap membawa isu dan sudut pandang yang dekat penonton. Tak heran banyak yang merasa terhubung ketika menontonnya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Feb 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2024, 17:00 WIB
drakor-kezo
ilustrasi menonton drama korea/pexels

Liputan6.com, Yogyakarta - Serial drama Korea (drakor) selalu menyajikan kisah unik dan memikat bagi penggemarnya. Kemampuan naskah yang ditulis selalu apik ketika diterjemahkan dalam sebuah serial.

Drakor kerap membawa isu dan sudut pandang yang dekat penonton. Tak heran banyak yang merasa terhubung ketika menontonnya. Menariknya lagi, serial-serialnya banyak mengubah sudut pandang kita dalam memandang romansa kehidupan nyata.

Dari kisah pertemuan yang menggetarkan hati hingga pengakuan dosa yang besar, kisah cinta yang dibalut dengan isu-isu terkini maupun cara membaca sebuah sejarah dengan sudut pandang yang berbeda membuat drakor melampaui layar hingga menyusup ke dalam kenyataan.

Sayangnya, drakor punya punya ekspektasi tidak realistis atau hanya utopis belaka soal kisah cinta, lantas bagaimana mendekontruksinya? Dikutip dari berbagai sumber, ada lima alasan kisah cinta drakor tidak seindah kehidupan nyata.

1. Waktu yang tepat

Jika telah menonton serial Crash Landing on You, pasti mengenal karakter Son Ye-jin yang memerankan Yoon Se-ri. Kisahnya, ia secara tidak sengaja menemukan dirinya berada di Korea Utara setelah kecelakaan paralayang.

Menariknya, ia turun bertemu dengan Ri Jeong-hyeok (Hyun Bin) yang seorang tentara Korea Utara. Ia adalah laki-laki yang kemudian mencintainya, bahkan di kehidupan nyata Son Ye-jin.

Momen yang waktunya tepat ini adalah elemen khas dari drakor. Sayangnya, kisah cinta di kehidupan nyata tidak hanya sebatas naskah.

 

Akting Romantis yang Berlebihan

2. Akting romantis yang berlebihan

Drakor terkenal karena menampilkan akting atau gestur romantis yang berlebihan. Ini membuat romansa dalam kehidupan nyata tampak biasa-biasa saja jika dibandingkan.

Misalnya, dalam What's Wrong with Secretary Kim (2018), Lee Young-joon (Park Seo-joon) menyiapkan lamaran untuk Kim Mi-so (Park Min-young). Adegan itu terungkap di kediamannya yang mewah, dan dia melamar sambil duduk di depan grand piano, menyenandungkannya dengan lagu yang indah. Tentu saja di kehidupan nyata, situasi atau gestur seperti itu akan sangat tidak realistis, ada saja tapi mungkin jarang.

3. Pengakuan yang teatrikal dan berlebihan

"Aku tidak mencintaimu karena kamu adalah Putra Mahkota. Aku mencintaimu apa adanya," kalimat yang dilontarkan oleh Shin Chae-kyong (Yoon Eun-hye) kepada Putra Mahkota Lee Shin (Ju Ji-hoon) dalam serial Princess Hours (2006).

Meskipun tidak terlalu 'wah', adegan tersebut menjadi contoh yang tepat tentang bagaimana drakor seringkali menampilkan pengakuan cinta teatrikal. Penggambaran ini menyulitkan pertanyaan seseorang dalam kehidupan nyata untuk diukur.

Ya, kalimat itu memang romantis, tetapi akan aneh dilakukan oleh seseorang meski dikontekskan pada masa kini. Pernyataan itu tidak bisa diukur apakah seseorang benar-benar mencintainya atau punya tujuan lain setelahnya.

4. Koneksi mendalam antar pemeran utama

Elemen khas drakor lainnya yang dapat merusak kehidupan cinta kamu di kehidupan nyata adalah bagaimana sepasang kekasih secara ajaib menjalin hubungan yang kuat dalam sekejap mata.

Take My ID is Gangnam Beauty (2018) misalnya, dalam serial ini di mana ikatan instan antara Do Kyung-seok dan Kang Mi-rae berlalu sangat cepat. Namun, pada kenyataannya, koneksi antara satu orang dengan orang lainnya membutuhkan waktu, tidak begitu saja terjadi. Usaha sungguh-sungguh juga diperlukan untuk memperlihatkan betapa perasaan cinta itu kuat.

5. Daya tarik si kaya dengan si rendah hati

Dalam drakor, pemeran utama pria sering kali digambarkan sebagai teladan kesempurnaan. Ia memiliki penampilan sempurna dan karier yang berkembang. Tak jarang mereka adalah seorang eksekutif muda dan kaya raya.

Misalnya dalam What's Wrong With Secretary Kim atau King the Land, narasinya sering kali terungkap dengan karakter pria kaya raya yang terpikat oleh pemeran utama wanita yang kurang beruntung secara finansial namun digambarkan rendah hati. Penggambaran ideal ini mungkin berfungsi sebagai pelarian menawan menuju fantasi, namun sangat kontras dengan kenyataan.

Penulis: Taufiq Syarifudin

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya