Seorang Pendaki Meninggal Tersambar Petir di Gunung Cikuray Garut

Korban adalah warga berasal dari Kecamatan Malingping, Lebak Banten

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 26 Feb 2024, 04:00 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2024, 04:00 WIB
Tersambar Badai Petir Massal di Gunung, 11 Tewas
Ilustrasi petir. (Toronto Sun)

Liputan6.com, Bandung - Seorang pendaki dikabarkan meninggal dunia setelah tersambar petir di Gunung Cikuray, Garut, Jawa Barat. Peristiwa duka itu terjadi pada Sabtu sore, 24 Februari 2024, sekitar pukul 15.00 WIB.

Korban meninggal yang berusia 20 tahun itu berasal dari Kecamatan Malingping, Lebak Banten. Ia tengah melakukan pendakian bersama lima kawannya yang lain.

Berdasarkan keterangan Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Garut, Ganjar Sugilar, kondisi tengah berkabut, hujan lebat disertai petir saat rombongan pendaki melintas di sekitar ketinggian 1.800-2.000 meter di atas permukaan laut (mdl). Para pendaki dilaporkan menempuh Gunung Cikuray melalui jalur Pamancar Kecamatan Cilawu.

"Telah diterima informasi salah satu pendaki Gunung Cikuray jalur via Pamancar Kecamatan Cilawu tersambar petir, pukul 15.00 WIB. Diketahui survivor berasal dari Lebak Banten berjumlah 6 orang, 1 orang dinyatakan meninggal dunia," kata Ganjar Sugilar dalam laporan tertulisnya diterima Liputan6.com, Minggu, 25 Februari 2024.

Ganjar menyampaikan, ia sempat terlibat dalam upaya evakuasi bersama anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Babinsa, dan masyarakat setempat.

"Kami melakukan evakuasi penjemputan di Pamancar tiba pukul 20.00 WIB," katanya.

Setelah berhasil melakukan evakuasi, korban pun langsung dilarikan ke rumah sakit. Sementara, para pendaki lainnya dievakuasi ke pos di Cikuray untuk beristrihat. Menurut Ganjar, para pendaki yang lain masih mengalami syok.

"Korban meninggal dunia langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerag (RSUD) dr. Slamet Garut menggunakan mobil ambulans BPBD. Sementara rekan yang lainnya di istirahatkan di basecamp Cikuray," imbuh Ganjar.

Sebelumnya, dua mahasiswa Fakuktas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran (Unpad) juga dikabarkan meninggal dunia akibat tersambar petir pada Jumat malam, 23 Februari 2024.

Saat itu, mereka tengah kemah di Bumi Perkemahan Batu Kuda Gunung Manglayang, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung mendeteksi adanya empat sambaran petir di wilayah terdekat bumi perkemahan tersebut. Berdasarkan analisis citra radar dan lighting, sambaran itu diketahui terjadi pada rentang pukul 20.30 hingga Pukul 21.22 WIB.

"Sambaran petir terjadi akibat adanya awan konvektif tipe cumulonimbus dengan nilai dbZ antara 30–40 yang berada di wilayah tersebut," dalam laporan tertulis disampaikan Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, Minggu, (25/2/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:

Bagaimana Menghindari Petir?

Menurut BMKG, ada beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan sebagai upaya menghindari sambaran petir, seperti berikut:

- Jika sudah mendengar suara guntur, segera masuk ke dalam ruangan atau rumah, namun jika sedang berada di luar rumah segeralah masuk ke dalam mobil.

-Apabila sedang berada di kolam renang, segeralah naik dan menjauh dari kolam, karena sambaran petir dapat menghantarkan energi ke air.

-Jangan berlindung di bawah pohon, apabila pohon tersambar petir energinya dapat melompat ke tubuh.

-Jauhi tiang listrik, menara, atau sesuatu yang tinggi yang mudah tersambar petir.

- Jangan berada tempat terbuka seperti di lapangan, sawah, taman karena petir akan mencari tanah untuk melepaskan energinya.

- Apabila sedang mengendarai motor, segeralah berhenti dan cari tempat untuk berlindung.

- Jika sedang berteduh di luar ruangan, atur jarak 3 – 5 meter dengan orang lain agar terhindar dari lontaran energi saat ada petir.

BMKG Bandung mengimbau agar masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang bisa menyebabkan kejadian atau bencana hidrometeorologis, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana.

Sebelum berkegiatan, masyarakat pun diimbau agar tetap memerhatikan dan memperbaharui informasi cuaca dari BMKG melalui kanal-kanal yang tersedia.

Masyarakat diharapkan lebih mengenali lingkungan tempat tinggal beserta potensi bencananya.

"Karena salah satu upaya mitigasi sesungguhnya adalah dengan memahami cuaca dan lingkungan tempat kita tinggal, sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana hidrometeorologi yang dapat datang sewaktu-waktu," disampaikan Teguh Rahayu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya