Perangi Phising di Ruang Digital, Kemenkominfo Berikan Jurus Jitu bagi Warganet

Genderang perang terus ditabuh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terhadap kejahatan internet (cyber crime) berupa penipuan online atau phising. Salah satu upayanya melalui, edukasi kepada masyarakat lewat Program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2024 di Provinsi Bali.

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 28 Feb 2024, 19:03 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2024, 18:06 WIB
Phising
Foto: Shahadat Rahman/ Unsplash.com

Liputan6.com, Jakarta - Genderang perang terus ditabuh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terhadap kejahatan internet (cyber crime) berupa penipuan online atau phising. Salah satu upayanya melalui, edukasi kepada masyarakat lewat Program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2024 di Provinsi Bali.

Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Bidang Kemitraan dan Legal Provinsi Bali, I Komang Suartama mengatakan, menurut data Indonesia Anti-Phishing Data Exchange (IDADX) pada triwulan pertama 2023 terdapat 26.675 laporan phising.

Ia menjelaskan, sektor yang paling banyak menjadi sasaran phising adalah media sosial, lembaga keuangan dan lokapasar atau marketplace. Ia juga mengingatkan masyarakat, umtuk lebih waspada ketika menerima pesan dan tautan.

"Pelaku mencoba memperoleh informasi sensitif seperti kata sandi dan informasi penting dengan menyamar sebagai entitas terpecaya melalui komunikasi eletronik," ujar I Komang Suartama, Selasa (27/2/2024).

Pelaku phising umumnya menyasar nasabah lembaga keuangan atau bank dengan tujuan mendapatkan data untuk mengakses rekening dan memperoleh uang. Tak hanya itu, pelaku juga menyasar marketplace yang berisi uang elektronik konsumen.

"Selalu berhati-hati dan waspada terhadap pesan atau tautan yang mencurigakan untuk melindungi informasi pribadi dari serangan phising," ungkap I Komang Suartama.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Unit Information Communication and Technology (ICT) Universitas DIPA Makassar, Erfan Hasmin mengatakan literasi dan keamanan digital menjadi penting saat ini. Terlebih masyarakat semakin nyaman melakukan aktivitas digital.

Hal itu dilihat dari jumlah pengguna internet di Indonesia, pada tahun 2023 yang mencapai 221 juta. Angka tersebut menunjukan bahwa pola dan gaya hidup masyarakat berubah, seiring berkembangannya teknologi informasi.

"Perubahan gaya hidup menjadi serba digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas,"Erfan Hasmin menimpali.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Perubahan Gaya Hidup Masyarakat

Hal serupa diutarakan Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Surabaya, Eko Pamuji. Ia menilai masyarakat saat ini, identik dengan pola interaksi menggunakan teknologi digital dan kebiasaan berinteraksi menggunakan media baru.

Menurutnya, masyarakat digital saat ini dibagi menjadi digital citizenship, digital lifestyle, dan digital commerce. Maka dari itu perpindahan aktivitas masyarakat dari realitas yang nyata ke realitas maya atau digital menimbulkan perubahan gaya hidup.

"Perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya telah mengubah kebudayaan manusia dan eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan model komunikasi," Eko Pamuji menerangkan.

Eko juga menilai saat ini masyarakat terutama anak muda merasa lebih nyaman menunjukkan perilaku, perasaan, atau pemikiran secara online dibandingkan dengan lingkungan nyata. Hal itu menjadi celah bagi kejahatan untuk masuk di ruang digital.

Maka dari itu, untuk menghindari penipuan di ruang digital, seseorang dapat mengendalikan diri dalam penggunaan internet. Salah satunya melek digital dengan literasinya dan imbangi dengan interaksi sosial.  

"Teknologi digital telah menyajikan perubahan besar, efeknya segala lini kehidupan menjadi mudah, murah dan cepat. Namun penipuan dan kejahatan siber pun semakin marak,"Eko mengakhiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya