BRIN Ungkap Penyebab Hujan Awet di Wilayah Indonesia, Semarang dan Kupang Kudu Waspada

Periset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin mengungkap penyebab hujan awet di beberapa wilayah Indonesia.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 14 Mar 2024, 08:57 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2024, 08:57 WIB
Ilustrasi hujan ringan hingga sedang (Istimewa)
Ilustrasi hujan ringan hingga sedang (Istimewa)

 

Liputan6.com, Jakarta - Hujan awet yang mengguyur sebagian wilayah Indonesia dipicu vorteks (091S) yang berubah jadi bibit siklon 18S cenderung bergerak lambat, karena tekanan rendah di timur yang kini telah menjadi dua vorteks. Hal itu diungkapkan Periset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin.

"Inilah yang telah memicu propagasi hujan yang kuat dan maraknya pembentukan badai squall line pemicu hujan persisten berhari-hari, bahkan intensitas hujan bisa ekstrem yang disertai angin kencang," ujarnya.

Erma mengungkapkan efek pergerakan bibit siklon 18S dari barat ke timur (selatan Jawa Timur) menyebabkan hujan deras persisten di Jawa (Demak, Kudus, Pati, Semarang), Madura, dan Kupang. Hujan yang persisten dipicu oleh squall line efek dari vorteks.

Dia mengingatkan agar wilayah Semarang dan Kupang waspada mengantisipasi dampak fenomena tersebut.

Kemunculan bibit siklon 91S yang berada di Samudra Hindia bagian tenggara, tepatnya sebelah barat daya Banten telah menimbulkan hujan di Banten dan Jabodetabek.

Menurut Erma, bibit siklon 91S yang kian mendekat ke Jabodetabek merupakan momen langka. Fenomena itu mengulang penyebab banjir besar Jakarta 2002, karena vorteks telah menyebabkan hujan dini hari yang persisten selama berhari-hari alias hujan awet di Jakarta.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan ada tiga bibit siklon tropis di wilayah Indonesia.

Bibit siklon tropis 91S yang berada di sebelah tenggara Samudera Hindia memiliki kecepatan angin maksimum 25-35 knots dan tekanan udara minimum 997 hPa bergerak ke arah tenggara menjauhi wilayah Indonesia.

Kemudian, bibit Siklon Tropis 94S terpantau di Laut Timor bagian selatan, tenggara Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1000 hPa bergerak ke arah timur.

Adapun bibit Siklon Tropis 93P masih terpantau di Teluk Carpentaria, bagian timur laut Australia, Tenggara Papua dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1004 hPa bergerak ke arah timur hingga tenggara.

Kemunculan tiga bibit siklon tropis sekaligus itulah yang menyebabkan cuaca basah masih menyelimuti Indonesia.

Banjir Ganggu Perjalanan Kereta Api

Sebelumnya, banjir melanda wilayah Kota Semarang akibat curah hujan tinggi yang mengguyur Ibu Kota Jawa Tengah sejak Rabu (13/3/2024) hingga Kamis dinihari. Banjir bahkan mengganggu perjalanan kereta api yang melintas di jalur Pantura.

Manajer Humas PT KAI Daop 4 Semarang Franoto Wibowo mengatakan perjalanan sejumlah KA terpaksa dialihkan melalui jalur selatan akibat rel terendam banjir.

Sejumlah titik yang terendam banjir antara lain jalur antara Stasiun Semarang Tawang hingga Stasiun Alas Tuwa, petak antara Stasiun Tawang hingga Stasiun Semarang Poncol, serta petak antara Stasiun Mangkang hingga Stasiun Kaliwungu.

Menurut dia, ketinggian air di atas 10 cm dari atas kop rel sehingga tidak mungkin dilintasi KA.

"Sementara ada empat kereta yang dialihkan perjalanannya," katanya.

Keempat kereta tersebut antara lain dua perjalanan KA Argo Bromo Anggrek, KA Pandalungan, dan KA Brawijaya.

Menurut dia, perjalanan KA dialihkan melalui jalur Solo-Yogyakarta-Purwokerto-Cirebon.

"PT KAI menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan dari pola pengalihan perjalanan tersebut," katanya.

Ia menjelaskan PT KAI akan mengembalikan biaya tiket penumpang yang batal perjalanannya akibat pengalihan perjalanan tersebut.

Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi melanda Kota Semarang dan sekitarnya sejak Rabu siang hingga malam.

Sejumlah daerah di Kota Semarang tergenang air serta pohon tumbang di berbagai titik akibat hujan yang disertai angin kencang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya