Liputan6.com, Batam - Minat membaca buku fisik rupanya mulai jadi tren. Parameternya jelas, buku-buku bekas mulai diburu dan permintaan naik. Ini menjadi pertanda baik bagi pengelola toko buku bekas di kota Batam.
Anton, salah satu pengelola toko buku bekas mengaku bahwa permintaan buku lawas meningkat. Buku-buku yang dicari sebenarnya juga ada versi e-book dengan format pdf, namun rupanya buku fisik kembali diminati.
Baca Juga
"Buku fisik mulai digemari anak-anak muda. Rupanya ini efek gerakan membaca buku fisik yang dikampanyekan para aktivis literasi luar negeri," kata Mang Anton di Toko Buku bekasnya, Nagoya Batam.
Advertisement
Sayangnya, naiknya permintaan tak dibarengi dengan ketersediaan. Buku-buku dengan judul tertentu bahkan sudah sulit ditemui, termasuk versi digitalnya.
"Saya mencoba tanya ke teman-teman dari komunitas buku bekas yang ada di Jakarta, Tangerang, Bandung, Jogja dan Surabaya," katanya.
Buku-buku lawas yang diminati lebih banyak bergenre sastra, sejarah, politik, dan budaya. Untuk remaja dewasa banyak yang memburu novel, roman, panduan dan motivasi, misteri, bahkan panduan perjalanan.
"Buku Laskar Pelangi, Harry Potter, kemudian novel-novel Tere Liye hingga Agatha Christie saat ini banyak yang mencari," katanya.
Selain itu masih banyak judul-judul lawas yang diburu.
Menurut Anton, rupanya anak-anak muda ini mulai merasakan sensasi kenikmatan membaca buku fisik.Â
Â
Yakin Punya Segmentasi Khusus
Menurut Anton pemandangan agak berbeda terjadi selama bulan Ramadan. Jika dahulu, selama puasa tokonya ramai bahkan membaca buku di tempat menjadi salah satu kegiatan ngabuburit.
"Saat ini agak turun dibanding hari biasa. Anak-anak muda iunlebih suka membaca di rumah sendiri-sendiri," kata Anton.
Toko buku milik Anton memang menyewakan juga. Jadi yang sekadar mencari hiburan dengan membaca dan ingin berhemat tetap bisa melakukannya.
Biasanya jika akhir pekan omzetnya naik. Komik bisa mencapai 100 eksemplar. Sedangkan bacaan berat dan serius berkisar 50-60 eksemplar. Itu selama akhir pekan saja.
Anton adalah satu-satunya pedagang buku bekas di Batam. Ia menggeluti usaha ini sudah 17 tahun. Ia mengaku sempat galau ketika teknologi digital juga merambah dunia perbukuan.
Namun ia meyakini masih ada segmen yang membutuhkannya. Bukan hanya dari Batam, namun pulau-pulau di sekitar Kepulauan Riau, komunitas pecinta buku lawas dari Malaysia dan Singapura ternyata juga tetap membutuhkan kehadirannya.
"Kemarin ada pengarang buku yang yang sering ia jual bukunya datang ke sini bersama, komunitas pencinta sastra di Batam," kata Anton.
Sementra itu Fahmi seorang guru les mengaku sedang mengkampanyekan ke muridnya untuk membaca buku fisik.
"Untuk mendukung kampanye itu, saya berencana membuka toko buku bekas seperti mang Anton. Rencananya di Tanjung Pinang," kat Fahmi.
Ia mengaku tak mengetahui perpustakaan umum selama di Batam maupun Tanjung Pinang.
"Saya tidak pernah masuk dan tidak tahu dimana perpustakaan umum di Batam selama bolak balik Batam, " katanya.
Advertisement