Nestapa di Kaki Marapi, Dibayangi Letusan, Dihantam Banjir Lahar Dingin

Musibah ini meninggalkan trauma bagi masyarakat yang terdampak

oleh Novia Harlina diperbarui 07 Apr 2024, 02:40 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2024, 02:40 WIB
Proses evakuasi korban banjir lahar dingin di kaki Marapi, Kamis (5/4/2024). (Liputan6.com/ ist)
Proses evakuasi korban banjir lahar dingin di kaki Marapi, Kamis (5/4/2024). (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Padang - Banjir lahar dingin menghantam sejumlah wilayah di kaki Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat pada Jumat sore (5/4/2024).

Musibah ini meninggalkan trauma bagi warga setempat. Seorang warga yang terdampak di Bukik Batabuah, Dewi sempat terseret material banjir yang bercampur lumpur dan kayu-kayu.

"Di sini belum pernah ada kejadian seperti ini, saya takut sekali," katanya, Jumat (5/4/2024).

Korban lainnya, Warga Bukik Batabuah Linda mengatakan rumahnya hanyut oleh banjir yang melanda hampung halamannya itu.

Kini yang tersisa hanya baju di badan dan ia bersama keluarga harus mengungsi. Ia tak bisa menyelamatkan harta benda dan surat berharga karena kejadian yang begitu cepat.

"Cepat sekali kejadiannya dan airnya besar, saya bersama tiga anak lari menyelamatkan diri berlindung di balik pepohonan," ujarnya.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, daerah terdampak yakni Kabupaten Agam, di Bukik Batabuah, setidaknya sekitar 69 rumah warga terdampak dengan 78 KK dan 261 jiwa. Warga di lokasi ini mengungsi di SD 02 Kubang Duo sebanyak 7 KK atau 31 jiwa. Sejumlah akses jalan juga tertutup.

Di Kecamatan Canduang, mengakibatkan putusnya jalan pertanian dari Jorong Labuang, kemudian satu mobil terjebak material di Nagari Canduang Koto Laweh.

Lalu di Kecamatan Sungai Pua Agam, banjir mengenai ases jalan di Nagari Sungai Pua. Tiga unit alat berat diturunkan ke lokasi untuk pembersihan material.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar, Fajar Sukma mengatakan banjir lahar dingin juga melanda Kabupaten Tanah Datar.

"Bencana ini dipicu oleh terjadinya hujan dengan intensitas tinggi di sekitaran puncak Gunung Marapi," katanya, Sabtu (6/4/2024).

Di Tanah Datar bencana ini berdampak di Nagari Aia Angek Kecamatan X Koto, mengakibatkan terganggunya akses jalan Negara Bukittinggi-Padang, namun saat ini akses lalu lintas kembali telah kembali normal.

Kemudian kerusakan pada tanggul dan badan jalan terjadi di Nagari Aia Angek Kecamatan X Koto, Nagari Sabu Kecamatan Batipuh, Nagari Sungai Jambu Kecamatan Pariangan, Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum, Nagari sungai tarab.

Selanjutnya longsor yang mengganggu jalan nagari tepatnya di Jorong Lurah Ampang dan Talang Dasun, Nagari Pasien Laweh, serta merusak irigasi dan pertanian di aliran Batang Lona Lima Kaum.

Fajar menyebut, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Sementara warga yang mengungsi masih bertahan di pengungsian karena rumahnya rusak.

"Untuk bahan makanan dan kebutuhan empat hari ke depan mencukupi di pengungsian, kalau kurang nanti akan dipasok BPBD Agam," jelasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi

Banjir lahar dingin di kaki Gunung Marapi. (Liputan6.com/ ist)
Banjir lahar dingin di kaki Gunung Marapi. (Liputan6.com/ ist)

Rangkaian erupsi Gunung Marapi terjadi berkali-kali sejak 3 Desember 2023 hingga saat ini. Rangkaian erupsi tersebut telah menghasilkan deposit material letusan berukuran abu, lapili, hingga batu/bom vulkanik di daerah puncak dan lereng Gunung Marapi.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid dalam keterangan tertulisnya, menyampaikan pada saat turun hujan, air akan mengisi aliran sungai dan bercampur dengan endapan material vulkanik tersebut, menghasilkan lahar yang akan mengalir ke daerah dengan elevasi yang lebih rendah.

"Terutama mengikuti aliran sungai-sungai yang berhulu langsung di puncak Gunung Marapi," ujarnya, dikutip pada Jumat (6/4/2024).

Berdasarkan rekaman seismograf di Pos PGA. Marapi, Bukittinggi, pada hari Jumat tanggal 5 April 2024 dari sekitar pukul 14.00 - 15.30 WIB terekam getaran/tremor yang berasal dari hujan lebat yang turun di sekitar puncak Gunung Marapi.

Hingga saat ini tingkat aktivitas G. Marapi masih tetap pada Level III (Siaga) dengan rekomendasi pertama, Masyarakat di sekitar Marapi, pendaki, pengunjung, dan wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi (kawah verbeek).

Kemudian yang kedua Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, aliran dan bantaran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu mewaspadai potensi atau ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.

Ketiga, jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.

Lalu yang keempat, seluruh pihak agar menjaga kondusifitas suasana di masyarakat, tidakmenyebarkan narasi bohong, dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat diminta selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.

Rekomendasi kelima, Pemerintah Daerah Kota Bukit Tinggi, Padang Panjang, Kabupaten TanahDatar, dan Kabupaten Agam diminta berkoordinasi dengan PVMBG di Bandung atau dengan Pos Pengamatan Gunung Marapi untuk mendapatkan informasi langsung.

Marapi Meletus 283 Kali

Data Pos Pengamat Gunung Marapi, hingga Sabtu 6 April 2024, Gunung Marapi sudah meletus terjadi sebanyak 283 kali letusan, juga terjadi hembusan sebanyak 3.636 kali.

Sebelumnya Kepala PVMBG, Hendra Gunawan melalui keterangan tertulisnya menyampaikan, Gunung Marapi yang memiliki ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) sering mengalami erupsi.

Erupsinya tercatat sejak tahun 1807 dengan masa istirahat terpendek kurang dari satu tahun dan terlama 17 tahun (rata-rata istirahat 3,5 tahun).

"Karakter erupsi Gunung Marapi adalah eksplosif dan juga efusif, titik erupsinya tidak selalu terjadi pada kawah yang sama, tetapi bergerak membentuk garis lurus dengan arah timur – barat daya antara Kawah Tuo hingga Kawah Bongsu," jelaanya.

Namun, lanjutnya, sejak awal 1987 sampai sekarang erupsinya bersifat eksplosif yang berpusat diKawah Verbeek. Aktivitas erupsi biasanya disertai suara gemuruh dengan produk erupsi dapat berupa abu, pasir, lapili dan terkadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan batu vulkanik.

Periode erupsi terakhir dimulai pada tanggal 3 Desember 2023 pukul 14.54 WIB. Erupsi terjadi secara eksplosif dengan tinggi kolom erupsi sekitar 3.000 meter di atas puncak (5891 mdpl) dan terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi 4menit 41 detik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya