Mengenal Obat Nuklir untuk Kanker Prostat Bernama Lutesium-177-PSMA

Rien mengatakan salah satu kelebihan obat nuklir adalah karena cairan injeksi yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien hanya akan mengobati sel-sel kanker prostat yang dituju.

oleh Arie Nugraha diperbarui 18 Mei 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2024, 08:00 WIB
pasien konsultasi gangguan prostat
Ilustrasi pasien konsultasi gangguan prostat. (Shutterstock/Mr. Ashi. Sae Yang)

Liputan6.com, Bandung - Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka dan Biodosimetri (PRTRRB) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mengembangkan obat nuklir yang spesifik untuk mendeteksi dan mengobati kanker prostat bernama Lutesium-177.

Menurut Ketua Kelompok Riset Teknologi Radiofarmaka PRTRRB-BRIN, Rien Ritawidya, radioisotop Lutesium-177 potensial dan efektif untuk penggunaannya di bidang kedokteran nuklir.

"Riset bertopik pengembangan radiofarmaka baru Lutesium-177-Prostate Spesific Membrane Antigen (PSMA) terkonjugasi dengan nanopartikel emas ini memiliki potensi dikembangkan menjadi multimodalitas untuk diagnosa dan pengobatan penyakit kanker prostat yang terarah," ujar Rien dilansir laman BRIN ditulis Selasa, 14 Mei 2024.

Rien mengatakan salah satu kelebihan obat nuklir adalah karena cairan injeksi yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien hanya akan mengobati sel-sel kanker prostat yang dituju, tanpa mengakibatkan efek berbahaya pada sel-sel sehat atau normal dalam tubuh pasien.

Rien mengungkapkan bahwa pada 2023 mendapat pendanaan dari International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk Coordinated Project Research (CRP) dengan topik yang sama, yaitu nanopartikel emas yang digunakan sebagai agen penghantaran radiofarmaka Lutesium-177-PSMA. Selain itu, Rien juga mendapatkan pendanaan riset RIIM dari LPDP-BRIN.

"Berkolaborasi dengan berbagai instansi terkait, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Diantaranya, dengan peneliti dan dosen dari Universitas Indonesia dan Universitas Muslim Indonesia Makassar," kata Rien.

Kanker prostat merupakan salah satu penyakit tidak menular paling mematikan bagi kaum laki-laki. Pada 2020, sekitar 1,4 juta kasus baru kanker prostat di seluruh dunia.

Sementara di Indonesia, tercatat 13 ribu kasus baru dengan usia penderita sekitar 67 tahun, dan angka kematian mencapai 4.800 kasus.

Terlambatnya deteksi dini penderita kanker menjadi salah satu penyebab kecilnya harapan hidup pasien penderita penyakit kanker prostat.

Sekitar 60 persen orang datang untuk berobat ketika sudah pada stadium tinggi, yaitu stadium IV atau stadium lanjut. Saat ini, kanker prostat merupakan target yang banyak digeluti oleh peneliti di seluruh dunia.

 

Lutesium-177-PSMA

Radiofarmaka biasanya digunakan dalam mendiagnosis ataupun terapi suatu penyakit. Di mana, sebagian adalah penyakit kanker. Penyakit kanker prostat merupakan penyakit yang banyak diderita oleh pria.

Pada permukaan sel kanker prostat ditemukan suatu protein yang jumlahnya banyak bernama PSMA dan digunakan sebagai target spesifik atau selektif dalam pengobatan kanker prostat.

Radiofarmaka yang menarget protein PSMA diharapkan dapat mejadi radiofarmaka yang spesifik mengobati penyakit tersebut.

Rien menjelaskan, radioisotop Lutesium-177 efektif untuk teranostik, terapi, dan diagnostik, karena memiliki sifat nuklir, yaitu memancarkan partikel beta minus yang sifat radiasinya menghasilkan efek terapi sehingga merusak atau membunuh sel kanker.

Lutesium-177 juga memancarkan foton atau sinar gama yang dapat dimanfaatkan untuk diagnosis melalui pencitraan di bidang kedokteran nuklir, yaitu Single-Photon Emission Computed Tomography (SPECT).

Radiofarmaka Lu-177-PSMA terdiri dari radioisotop Lutesium-177 yang terikat pada peptida PSMA. Peptida PSMA ini dapat menarget dan berikatan dengan protein PSMA di permukaan sel kanker prostat dan menghantarkan radiasi dari Lutesium-177, sehingga dapat menghancurkan sel kanker. Selain itu, dengan modalitas SPECT dapat divisualisasikan lokasi di dalam tubuh.

Rien menyebutkan dalam risetnya bahwa Lutesium-177-PSMA dikonjugasikan dengan nanopartikel emas.

Dengan menggandeng suatu radiofarmaka dan suatu nanopartikel emas dapat meningkatkan efektivitas suatu radiofarmaka dalam mendiagnosa ataupun mengobati suatu penyakit, dalam hal ini kanker prostat bermetastasis.

"Jadi kombinasi ini dapat mengembangkan agen radiofarmaka baru yang efektif dalam mendiagnosa dan mengobati kanker prostat yang sudah bermetastasis secara lebih terarah," jelas Rien.

"Biasanya radiofarmaka ini dapat mendeteksi dini penyakit kanker prostat dengan metode spesifik dan sensitif, karena kanker prostat yang menyebar di dalam tubuh berukuran sangat kecil dan sulit dideteksi," sebut Rien.

Saat ini radiofarmaka Lutesium-177-PSMA di Indonesia hanya dapat diperoleh melalui impor.

Hanya sedikit rumah sakit di Indonesia, diantaranya Rumah Sakit Siloam yang dapat memberikan pelayanan pemeriksaan PSMA-targeted imaging untuk pasien kanker prostat.

"Kami berharap hasil riset kami bisa tidak hanya sekedar riset, tapi bisa dihilirkan. Bisa dikembangkan menjadi suatu radiofarmaka yang pada akhirnya bisa digunakan di masyarakat untuk pasien-pasien kanker yang ada di rumah sakit di Indonesia," ucap Rien.

Rien berharap hasil riset timnya bisa berkontribusi bagi perkembangan riset radiofarmaka untuk diagnosa maupun teranostik berbagai penyakit yang ada di Indonesia, serta bisa memberikan pengaruh riset radiofarmaka di dunia.

Kedepannya, Rien akan terus berupaya selalu berkontribusi dalam riset radiofarmaka maupun berkontribusi bagi BRIN.

Dengan demikian, akan banyak hasil riset yang lebih bermanfaat, tidak hanya untuk ilmu pengetahuan dan penelitian, tetapi juga dirasakan langsung oleh masyarakat.

 

Kanker Prostat

Menurut keterangan dari dr. Pittara di laman Alo Dokter, kanker prostat adalah kanker di dalam kelenjar prostat.

Kondisi ini umumnya ditandai dengan gangguan buang air kecil. Pada sebagian besar kasus, kanker prostat menyerang pria usia di atas 50 tahun.

Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di bagian dasar kandung kemih. Kelenjar ini merupakan bagian dari sistem reproduksi.

Posisinya mengelilingi saluran yang membawa urine dari kandung kemih menuju penis. Prostat sendiri berfungsi sebagai penghasil semen, yaitu cairan yang dikeluarkan bersama sperma saat ejakulasi.

Menurut data WHO, kanker prostat merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering dialami oleh pria. Diperkirakan sekitar 1,3 juta pria di seluruh dunia menderita kanker prostat.

Di Indonesia, kanker prostat menempati urutan ke-5 sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita pria.

 

Penyebab dan Gejala Kanker Prostat

Penyebab kanker prostat belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat, antara lain pertambahan usia, obesitas, paparan bahan kimia, dan pola makan kurang serat, misalnya kurang asupan antioksidan seperti likopen.

Kanker prostat awalnya tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun, jika kanker makin membesar atau kelenjar prostat mengalami peradangan, penderita akan mengalami gejala berupa gangguan buang air kecil, misalnya susah buang air kecil atau buang air kecil kurang lancar.

Pengobatan dan Pencegahan Kanker Prostat

Pengobatan kanker prostat disesuaikan dengan tingkat keparahan kanker dan kondisi pasien secara keseluruhan.

Metode pengobatan yang dapat dilakukan adalah operasi, radioterapi, terapi hormon, kemoterapi, dan krioterapi.

Belum diketahui cara untuk mencegah kanker prostat. Namun, risiko terkena kanker ini dapat dikurangi dengan menjalani pola makan sehat, tidak merokok, membatasi konsumsi minuman beralkohol, dan berolahraga rutin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya