3 Program Pacu Transportasi Umum di Jabar, Salah Satunya Reaktivasi Jalur Kereta

Pemprov Jabar terus memacu tiga program transportasi umum di Jabar: reaktivasi jalur kereta api, elektrifikasi kereta, dan pembangunan LRT Bandung Raya.

oleh Arie Nugraha diperbarui 19 Mei 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2024, 07:00 WIB
Bey Machmudin
Bey Machmudin, Sumber: Sekretariat Kabinet Republik Indonesia

Liputan6.com, Bandung - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin menyebutkan terus memacu tiga program transportasi umum di Jabar yaitu reaktivasi jalur kereta api, elektrifikasi kereta salah satunya jalur Padalarang-Cicalengka serta pembangunan LRT Bandung Raya. 

Hal itu dikatakan Bey, usai bertemu dengan dengan Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas di Jakarta beberapa waktu lalu (15/05/2024).

"Membahas ulang tentang LRT, elektrifikasi KRD  yang dari Padalarang sampai Cicalengka dan reaktivasi jalur kereta api Bandung-Ciwidey dan juga Banjar-Pangandaran responnya sangat baik," ujar Bey dalam siaran medianya, Bandung, Jumat, 17 Mei 2024.

Bey mengatakan pihak Bappenas mendukung tiga program tersebut. Artinya sebut Bey, ada harapan bisa dimajukan untuk reaktivasi jalur kereta dan elektrifikasinya.

Bey mengungkapkan, untuk reaktivasi jalur Banjar-Pangandaran sudah memiliki Detail Engineering Design (DED) dan jalur tersebut memungkinkan cepat terealisasi. 

"Intinya kami berharap tahun ini bisa ada yang nyata sehingga tahun depan tinggal meneruskan. Saya berharap sekali elektrifikasi Padalarang-Cicalengka," kata Bey.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Pemerintah Jabar Minta Dirjen Perkeretaapian Aktifkan Kembali Dua Jalur KA

Sebelumnya Pemerintah Jawa Barat (Jabar) meminta Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengaktifkan kembali dua jalur kereta api (KA) Banjar-Pangandaran dan Bandung-Ciwidey.

Menurut Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Machmudin, untuk kembali mengaktifkan kembali dua jalur lama kereta api tersebut akan dilakukan kajian pasar terlebih dahulu.

Bey menjelaskan analisis pasar menjadi salah satu yang dipersyaratkan Dirjen Perkeretaapian apabila dua jalur itu ingin diaktifkan kembali.

"Misalnya jalur Banjar-Pangandaran, Dirjen Perkeretaapian menanyakan pasarnya ada atau tidak jadi balik nanya kembali, jadi kami akan tindak lanjuti semua. Jangan sampai jalur dibuka tapi peminatnya tidak ada. Padahal kan sebetulnya secara pariwisata itu sudah tidak ada pertanyaan, karena melewati beberapa terowongan yang sangat indah dan harusnya menarik. Tidak perlu double track karena kan cukup menarik jalur-jalurnya itu. Jadi kami akan kami jajaki terus," ujar Bey dalam siaran medianya, ditulis di Bandung, Jumat, 8 Maret 2024.

Bey juga meyakini minat masyarakat tinggi melalui jalur kereta api yang hendak diaktivasi. Mengingat wilayah Pangandaran-Ciwidey dan Bandung merupakan destinasi wisata unggulan Jabar.

Bey menilai reaktivasi jalur kereta api Banjar-Pangandaran dan Bandung-Ciwidey akan mendongkrak kunjungan wisatawan dan meningkatkan perekonomian warga. Selain itu reaktivasi juga bisa mengurangi kemacetan di jalan arteri.

"Sebetulnya kan secara pariwisata itu sudah tidak ada pertanyaan lagi pasti akan ramai, apalagi ada beberapa terowongan yang sangat indah," kata Bey.

Panjang lintasan rel kereta relasi Banjar - Pangandaran yaitu 82 kilometer mulai dari stasiun Banjar dan berakhir di Stasiun Cijulang. Jalur ini memiliki banyak jembatan dan terowongan.

Sementara jalur kereta api nonaktif Bandung - Ciwidey berjarak 40 kilometer. Dahulu, dua jalur tersebut digunakan untuk mengangkut hasil bumi dari Bandung selatan ke stasiun Bandung dan Batavia (Jakarta).

Bey berharap reaktivasi dua jalur kereta api tersebut dapat terealisasi sehingga Jabar memiliki jalur transportasi dan perekonomian terbaik di Indonesia.

"Intinya kami ingin Jabar lebih baik lagi dalam segala hal termasuk transportasi," sebut Bey.

 

Realisasikan Lima Proyek Infrastruktur di Jabar

Pada Rabu, 28 Februari 2024, Pemerintah RI berkomitmen merealisasikan lima proyek infrastruktur di Jabar pada 2024.

Itu merupakan hasil pertemuan Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono di kantor Kementerian PUPR, Jakarta.

Kelima proyek infrastruktur nasional tersebut yakni, pertama, peningkatan jalan tambang di Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Kedua, pembangunan jalan tol Cileunyi-Garut-Tasikmalaya (Cigatas).

Proyek ketiga, perbaikan dan peningkatan jalan di beberapa titik kabupaten dan kota, yang telah jadi Instruksi Presiden Jalan Daerah.

"Proyek keempat, terkait kemacetan di Kota Bandung, Pak Bas (Basuki Hadimuljono) menyetujui melanjutkan pembangunan Bandung Intra Urban Tol Road (BIUTR). Alhamdulillah," ujar Bey Machmudin usai pertemuan.

Proyek infrastruktur kelima yang akan dibangun di Jabar pada 2024, yakni percepatan penyediaan air minum dan layanan pengelolaan air limbah domestik yang telah menjadi Instruksi Presiden.

Pertemuan Bey dengan Menteri PUPR juga dihadiri Dirjen Bina Marga Hedy Rahadian, Dirjen Cipta Karya Diana Kusumastuti, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPUT) Miftachul Munir, dan Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Industri dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja.

Sementara dari Pemdaprov Jabar dihadiri Penjabat Sekda Jabar Taufiq BS dan Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (BMPR) Jabar Bambang Tirtoyuliono.

Menteri Basuki menegaskan komitmen Kementerian PUPR membantu percepatan pembangunan infrastruktur di Jabar. Pak Bas -- sapaan akrab Basuki Hadimuljono -- memberi penekanan pada BIUTR di Kota Bandung.

"Untuk mengatasi kemacetan di Kota Bandung, kami sepakat untuk melanjutkan Bandung Intra Urban Tol Road," sebut Basuki.

Menurut Basuki, proyek pembangunan jalan tol dalam Kota Bandung telah tertunda selama hampir 17 tahun dan Kementerian PUPR berkomitmen mempercepat pelaksanaan pada 2024.

"Kita lelangkan segera, kita meneruskan untuk mengatasi kemacetan di Bandung," sebut Basuki.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya