Liputan6.com, Bandung - Warga Meksiko berusia 59 tahun meninggal pada 24 April 2024 setelah mengalami demam, sesak napas, diare, mual, dan rasa tidak nyaman secara umum akibat terinfeksi flu burung subtipe A (H5N2).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang melaporkan kasus kematian flu burung pertama ke manusia ini, warga tersebut tidak memiliki riwayat berkontak dengan ternak yang membuat kasusnya makin mengkhawatirkan.
Penyakit yang banyak ditemukan pada unggas ini pernah menjadi wabah di Indonesia ini dapat menyerang sistem pernapasan manusia. Namun bagaimana asal mula flu burung ini berasal? Simak penjelasan General Practitioner, Integrated Therapeutic, dr. Tania Savitri dilansir laman Hello Sehat.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Tania flu burung adalah salah satu jenis infeksi virus yang umumnya ditemukan pada unggas. Namun, virus yang menyebabkan flu burung dapat bermutasi dan menyebar ke manusia.
"Kondisi ini juga dikenal sebagai avian influenza. Apabila manusia terinfeksi virus flu ini, gejala yang tampak akan bervariasi, mulai dari yang ringan hingga parah dan berpotensi membahayakan nyawa," terang Tania dicuplik Kamis, 6 Juni 2024.
Tania mengatakan penularan ini biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan burung yang terinfeksi virus atau proses memasak yang kurang matang.
Penyakit ini tidak dapat ditularkan antar sesama manusia, tapi para ahli mengkhawatirkan adanya kemungkinan virus flu dapat bermutasi.
Jika mutasi terjadi, kemungkinan virus flu burung varian baru tersebut bisa tersebar dengan mudah ke sesama manusia.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada unggas, tetapi angka penyebarannya pada manusia pun termasuk tinggi.
"Infeksi burung dengan jenis H5N1 adalah yang paling banyak terjadi di dunia," kata Tania.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), infeksi pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada kejadian wabah flu burung tahun 1997. Sejak tahun 2003, virus telah menyebar dari Asia ke negara-negara di Eropa dan Afrika.
Hingga tahun 2019, telah tercatat ada sebanyak 1.300 kasus infeksi yang terjadi pada manusia, dengan angka kematian mencapai 455 jiwa. Di Indonesia sendiri, penyakit ini juga tersebar di beberapa kabupaten dan kota.
Menurut Kemenkes RI, sejak tahun 2005 hingga 2018, terdapat 200 kasus dengan 168 kematian. Namun, angka kejadian penyakit ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Tanda dan Gejala Flu Burung
Tanda-tanda dan gejala dari penyakit ini mungkin akan bervariasi, mulai dari gejala infeksi pernapasan ringan seperti demam dan batuk, hingga yang berat seperti pneumonia dan syok.
Pada kasus infeksi H5N1, ditemukan juga tanda-tanda bermasalahnya pencernaan, seperti diare, mual, dan muntah. Gejala awal dari flu burung biasanya akan terlihat setelah 2-8 hari penularan. Tanda-tanda yang umumnya muncul menyerupai flu biasa, seperti:
- demam tinggi hingga melebihi 38 derajat,- batuk,- radang tenggorokan,- kesulitan bernapas,- sakit kepala, dan- nyeri otot.
Selain itu, pada beberapa pasien, ditemukan juga gejala-gejala tambahan yang meliputi:- diare,- muntah,- sakit perut,- gusi berdarah,- mimisan,- nyeri dada, dan- infeksi mata,
"Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda," saran Tania.
Tania menuturkan apabila memiliki tanda atau gejala yang disebutkan di atas, dan berada di area peternakan unggas, kemungkinan seseorang mengidap penyakit ini dan harus memeriksakan diri ke dokter.
Selain itu, jika muncul gejala dan komplikasi lainnya seperti masalah pernapasan atau syok, segera kunjungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.
"Tubuh masing-masing orang berbeda dan akan menunjukkan gejala-gejala yang bervariasi pula. Selalu konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan Anda," ungkap Tania.
Â
Advertisement
Penyebab Flu Burung
Patogen utama penyebab penyakit ini adalah virus influenza tipe A. Influenza tipe A banyak ditemukan pada manusia dan beberapa jenis hewan.
Tergantung dari sumbernya, virus influenza A dapat dibagi menjadi avian influenza atau flu burung, swine influenza atau flu babi, dan flu binatang lainnya.
"Jenis virus flu yang terdapat di unggas dapat dibagi lagi menjadi A(H5N1), A(H9N2), dan A(H7N9). Pembagian ini berdasarkan bentuk protein masing-masing virus yang beragam," jelas Tania.
Virus yang paling banyak ditemukan di infeksi flu burung pada manusia adalah tipe H5N1. Virus ini tumbuh secara alami pada unggas air seperti bebek dan angsa, tetapi dapat menyebar dengan mudah ke unggas lainnya seperti hewan ternak.
Flu burung dapat menyebar ke manusia melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan feses, cairan, atau air liur dari burung yang terinfeksi.
Selain itu, penularan penyakit ini pada manusia dapat disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini:
- Kontak udara di area dengan banyak burung yang terinfeksi.- Memasak produk ternak yang terinfeksi.- Proses memasak produk ternak atau unggas yang kurang matang.
Flu burung adalah penyakit yang dapat tersebar ke setiap orang dari berbagai golongan usia, ras, dan tempat tinggal. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang tertular virus dari burung.
1. Berada di area yang banyak burung
Salah satu faktor terbesar yang membuat Anda terkena penyakit ini adalah kontak langsung atau tidak langsung dengan burung melalui bulu, air liur, atau kotorannya.
Hal ini kemungkinan besar dapat terjadi apabila Anda berada di tempat yang terdapat banyak burung atau unggas, seperti peternakan, kandang burung, atau kebun binatang.
2. Bepergian ke daerah atau negara dengan kasus flu burung tinggi
Di dunia ini, masih terdapat beberapa negara dengan angka kasus infeksi pada burung yang cukup tinggi.
Jika Anda mengunjungi negara tersebut, terlebih lagi Anda pergi ke tempat yang terdapat banyak burung, kemungkinan Anda tertular virus lebih besar.
3. Makan makanan olahan unggas atau telur
Mengonsumsi daging ayam, bebek, burung dara, atau telur yang mungkin telah terinfeksi virus tersebut juga meningkatkan risiko Anda tertular.
Risiko tersebut akan meningkat jika makanan yang disajikan tidak dimasak hingga matang sempurna.
Â
Komplikasi Flu Burung
Apabila tidak segera ditangani, flu burung dapat berakibat fatal, bahkan membahayakan nyawa penderitanya. Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi akibat flu burung:- pneumonia,- gangguan sistem pernapasan,- ginjal tidak berfungsi dengan baik,- masalah pada jantung, dan- syok.
Dari total jumlah orang yang terinfeksi penyakit ini, setengahnya berakhir dengan kematian. Persentase kematian yang mungkin terjadi pada penderita adalah 60 persen.
Flu burung dapat didiagnosis dengan beberapa metode. Salah satunya adalah dengan mengambil sampel cairan dari hidung dan tenggorokan Anda, yang nantinya akan diperiksa di laboratorium.
Tes laboratorium bertujuan untuk mengetahui apakah ada infeksi virus dan komplikasi lainnya yang diakibatkan oleh virus flu burung.
Selain tes cairan hidung dan tenggorokan, dokter mungkin juga akan meminta Anda menjalani tes darah untuk mengetahui kadar sel darah putih di dalam tubuh Anda.
Tes X-ray juga mungkin akan dilakukan untuk membantu mengecek kondisi paru-paru yang terdampak penyakit flu burung.
Tes tambahan lainnya mungkin akan direkomendasikan oleh dokter berdasarkan hasil diagnosis, seperti memeriksa fungsi hati, jantung, dan ginjal.
Â
Advertisement
Pengobatan dan Pencegahan Flu Burung
Tujuan dari pengobatan penyakit adalah untuk mengurangi gejala-gejala, mencegah perkembangan virus dalam tubuh, serta meningkatkan kesempatan bertahan hidup penderitanya.
Obat-obatan yang direkomendasikan oleh para dokter adalah obat antiviral seperti oseltamivir atau zanamivir. Obat-obatan tersebut harus segera diminum 48 jam setelah gejala pertama kali muncul.
Hindari penggunaan obat-obatan antiviral lainnya, seperti rimantadine dan amantadine. Banyak virus flu burung telah kebal terhadap obat-obatan tersebut.
Salah satu langkah utama yang seharusnya dilakukan untuk mencegah penularan penyakit ini adalah melakukan vaksinasi virus H5N1.
Namun, vaksin ini belum tersedia di layanan kesehatan secara umum dan hanya akan disediakan saat wabah sedang berlangsung.
Oleh karena itu, Anda dapat melakukan cara-cara lain untuk mencegah tertular penyakit ini:
1. Hindari area yang dipenuhi unggas
Langkah pertama adalah menghindari daerah yang sering dipenuhi unggas, seperti peternakan, sawah, atau kandang burung.
Hal ini penting dilakukan, terutama jika Anda bepergian ke negara dengan kasus infeksi pada burung yang cukup tinggi.
2. Rutin mencuci tangan
Sebelum makan dan selesai beraktivitas, pastikan Anda mencuci tangan dengan memakai sabun dan air mengalir.
Ke mana pun Anda pergi, siapkan hand sanitizer berbahan dasar alkohol di dalam tas, terutama jika Anda bepergian ke tempat yang tidak tersedia air bersih.
3. Masak produk unggas sematang mungkin
Jika Anda akan menyantap produk olahan unggas seperti daging ayam, bebek, atau telur, pastikan makanan tersebut telah dimasak hingga matang sempurna.