Mengenal Kemopreventif Kanker dari SV Undip

Memanfaatkan senyawa bioaktif shogaol jahe, linamarin dari daun singkong, gaultherin dari gandapura, hesperidin kulit jeruk nipis dan epigalokatekin galat (EGCG) teh hijau diubah menjadi obat kanker tanpa kemoterapi.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 13 Jun 2024, 16:34 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2024, 16:34 WIB
Sekolah Vokasi Undip
Dosen Sekolah Vokasi Undip Mohamad Endy Julianto, ST, MT tengah mengembangkan produk kemopreventif kanker dengan menggandeng perusahaan teh. Foto: liputan6.com/edhie prayitno ige 

Liputan6.com, Semarang - Kesehatan masyarakat terus mendapat perhatian dari para akademisi dan ilmuwan. Buka. Hanya yang berkonsentrasi di bidang kesehatan, namun juga bidang lain, seperti Kimia Industri.

Dosen Sekolah Vokasi Undip, Mohamad Endy Julianto, ST, MT bersama tim saat ini tengah mengembangkan kemopreventif kanker dari bahan-bahan alam. Hasil karyanya selama 1 semester ini (2024), telah meraih 6 paten granted, 5 hak cipta dan 6 publikasa di jurnal internasional bereputasi ungkap Endy.

"Paten granted no IDS000007201 tentang Proses Inaktivasi Enzimatis untuk Pembuatan Teh Hijau menggunakan Steamer Pendispersi Silinder, kemudian no IDS000007235 Metode Pembuatan Hesperidin dari Kulit Jeruk Nipis melalui Ekstraksi Termokimia Gelombang Mikro," kata Endy.

Dilanjutkan perolehan paten lain adalah no IDS000007413 (Metode Pembuatan Citrulline dari Kulit Semangka melalui Ekstraksi Gelombang Mikro), no IDS000007821 (Ekstraksi Reaktif Gingerol menjadi Shogaol Jahe dengan menggunakan Air Subkritis), sedangkan no IDS000007561 dengan invensi Metode Ekstraksi Gaultherin dari Gandapura Disertai Sinar Ultra Violet dan no IDS000007969.

"Yang no IDS000007201 saat ini sedang diujicobakan di industri Teh Hijau PPTK Pasir Sarongge dan kajian segmentasi pasar," katanya.

Sebagai Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Endy bersama tim dan industri mitra mengembangkan produk untuk kemoprenventif kanker dari perpaduan bahan-bahan alam.

"Bahan-bahan tersebut dari yang mudah didapat. Senyawa bioaktif shogaol jahe, linamarin dari daun singkong, gaultherin dari gandapura, hesperidin kulit jeruk nipis dan epigalokatekin galat (EGCG) teh hijau," katanya.

Senyawa-senyawa bioaktif tersebut terenkapsulasi dalam membran cair emulsi nano liposom, sehingga ketika menggunakan obat ini bisa sampai ke target yang dituju.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dipicu Mahalnya Kemoterapi

[Fimela] Ilustrasi kemoterapi
Ilustrasi kemoterapi | unsplash.com/@creativegangsters

Pengembangan produk ini didorong atas keprihatinannya terhadap biaya kemoterapi yang sangat mahal harus ditanggung penderita kanker di Indonesia. Selain mahal, bahan baku yang dipakai pada proses penanganan pasien kanker 90 persen masih harus diimpor.

Ia juga melibatkan Tim peneliti lain, Prof. Dr. Ari Yuniastuti, SPt, M.Kes, Dr. Eng Vita Paramita, ST, MM, M.Eng, Prof. Dr. Eflita Yohana, Hermawan Dwi Ariyanto, ST, M.Sc, Ph.D, dan Dr. Indah Hartati berupaya untuk mengembangkan produk inovatif antikanker.

Endy sudah mempublikasikan karyanya hingga 71 paper internasional bereputasi terindeks Scopus. Menurutnya persoalan krusial untuk menyiapkan bahan baku berupa senyawa bioaktif linamarin dan gaultherin, terletak pada kesulitan dalam mengekstrak akibat enzim linamarase dan gaultherase dalam sitoplasma daun mulai aktif ketika membran tonoplas terkoyak.

Ia kemudian menggunakan teknik ekstraksi dan inaktivasi enzimatis secara simultan yang merujuk dari Paten Tim Peneliti dengan no IDS000006687 dan IDS000007561. Sedangkan senyawa bioaktif shogaol dapat diperoleh dari dehidrasi gingerol jahe melalui air subkritis yang dapat dirujuk dari Paten no IDS000007821.

"Untuk komersialisasi obat kanker, aspek terpenting yang harus dilalui diantaranya uji praklinis & klinis produk nano, pengujian adaptasi dan evaluasi penerapan unit proses di industri mitra, penyusunan dokumen hasil pengujian skala produksi, dokumen standarisasi serta sertifikasi, dokumen alih teknologi dan audit teknologi," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Naturindo Fresh Kulon Progo, Teguh Adhi Nugroho, menyambut baik kerjasama ini. PT Naturindo Fresh Kulon Progo pernah mendapat penghargaan Kalpataru di tingkat provinsi, dalam pengelolaan budidaya tanaman herbal.

Perusahaan teh ini membudidayakan lebih dari 182 jenis tanaman herbal dengan memberdayakan masyarakat sekitar dan memberikan pelatihan untuk menggembangkan SDM dari berbagai latar pendidikan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya