Opini: Beras Premium BULOG

Perum BULOG berupaya mengimplementasikan standar penyerapan beras dan gabah yang tinggi, hal ini terlihat dari penggunaan mesin modern di Sentra Penggilingan Padi (SPP).

oleh Novia Harlina diperbarui 23 Jun 2024, 10:08 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2024, 00:06 WIB
Beras. (Liputa6.com/ ist)
Beras. (Liputa6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tokoh utama dalam ekonomi neoklasik, William Stanley Jevons, dikenal dengan teori utilitas marjinalnya, mengatakan bahwa harga jual suatu barang tidak hanya bergantung pada biaya produksinya saja, tetapi juga bagaimana utilitas barang tersebut dipersepsikan oleh konsumennya.

Perilaku konsumen dalam membeli barang sesuai konsep utilitas yang diperoleh dari kualitas lebih tinggi, preferensi pribadi, serta elastisitas permintaan berdasarkan pendapatan, membutuhkan produk-produk berkualitas atau sebanding dengan harga yang lebih tinggi dari apa yang konsumen bayarkan (value for money).

Menurut Lely Pelitasari, Wakil Sekjen Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) yang juga pernah menjadi bagian dari kepemimpinan Perum BULOG, menekankan langkah ini tidak hanya menjawab tuntutan pasar tetapi juga meningkatkan reputasi Perum BULOG sebagai penyedia pangan berkualitas.

"Perum BULOG berupaya mengimplementasikan standar penyerapan beras dan gabah yang tinggi, hal ini terlihat dari penggunaan mesin modern di Sentra Penggilingan Padi (SPP). Ini sekaligus menjawab keresahan para penerima bantuan pangan beras selama ini yang kerap meragukan kualitas beras dari Perum BULOG,” katanya.

Berdasarkan peraturan Bapanas, spesifikasi beras yang diterima oleh Perum BULOG ialah derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air maksimal 14 persen, butir patah maksimal 20 persen dan butir menir maksimal 2 persen.

Permintaan akan beras premium terus meningkat seiring dengan kesadaran konsumen akan pentingnya pangan yang berkualitas. Dengan menyediakan beras premium berkualitas tinggi, Perum BULOG berusaha memenuhi ekspektasi konsumen yang semakin selektif dalam memilih produk pangan.

"Bedanya beras medium dengan beras premium adalah berapa besaran pecahnya. Kalau beras medium itu 20% pecahnya. Jadi 20% dari 1 Kilogram itu ada yang tidak utuh berasnya. Sedangkan di pasar beras internasional hanya dikenal pecah 5%, beras tersebut yang di Indonesia dinamakan sebagai beras premium," kata Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Perum BULOG.

Beberapa jenis beras Perum BULOG Premium yang diproduksi dan sudah dipasarkan secara umum termasuk di ritel modern di seluruh Indonesia di antaranya Beras Fortivit, merupakan produk unggulan dengan tambahan fortifikan berupa multi vitamin dan mineral sehingga memiliki keunggulan nilai gizi lebih baik.

Seperti Beras Befood dan punakawan merupakan beras pilihan dengan cita rasa pulen dan diproduksi dengan mesin modern serta bersertifikasi halal agar menjaga mutu dan kualitas produk yang baik dan masih banyak lagi.

Nadya Pratiwi, Co-Founder Nasi Peda Pelangi dan inisiator gerakan Beras Baik, juga mengemukakan pentingnya memilih beras berkualitas tinggi.

Ia bahkan berani bekerjasama dengan kelompok petani di Sragen, Jawa Tengah, di mana ia membeli hasil panen lebih mahal Rp 5.000 daripada HPP, karena tidak memakai pupuk pestisida sehingga mengurangi kontaminasi pestisida kimia dan menerapkan pertanian regeneratif.

"Saya melakukan observasi selama 7 hari antara nasi yang berasal dari tanaman padi yang menggunakan pestisida kimia dengan yang tidak menggunakan pestisida kimia sama sekali. Ternyata nasi yang berasal dari tanaman padi yang memakai banyak produk kimia menjadi kuning seperti oncom, sedangkan yang tidak memakai kimia masih memiliki warna putih tapi cuma kering saja," katanya.

Nasi yang berasal dari kontaminasi kimia yang tinggi, juga memiliki indeks glikemik tinggi, sementara yang tidak terkontaminasi bahan kimia akan memiliki indeks glikemik di bawah rata-rata, tambah Nadya.

Meningkatnya permintaan konsumen akan produk beras premium berkualitas tinggi, juga dijawab oleh Perum BULOG dengan beragam produk beras yang ada.

"Saat ini pemain di komoditas pangan sudah banyak. Karenanya kami terus melakukan berbagai inovasi dan strategi pemasaran terhadap produk BULOG dengan menghadirkan lebih dari 50 merek beras yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan sesuai dengan cita rasa khas daerah tersebut.

"Kami terus bertumbuh mengikuti kondisi zaman yang dinamis," jelas Febby Novita, Direktur Bisnis Perum BULOG.

Perum BULOG bertepatan dengan HUT yang ke-57, telah mencanangkan program transformasi yang diterjemahkan ke dalam 4 visi perusahaan yaitu tepercaya, kepemimpinan pada rantai pasok pangan, pelayanan terbaik dan berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya