UGM Sepakati Kerja Sama soal Proyek Ibu Kota Nusantara dengan NUS

Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Nasional Singapura (NUS) telah memulai kolaborasi penelitian dan akademis yang inovatif dan sepakat menyukseskan  proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.

oleh Yanuar H diperbarui 04 Sep 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2024, 10:00 WIB
Pembangunan hunian untuk Aparatur Sipil Negara (ASN), atau rumah PNS dan TNI/Polri di Ibu Kota Nusantara (IKN). (Foto: Kementerian PUPR)
Pembangunan hunian untuk Aparatur Sipil Negara (ASN), atau rumah PNS dan TNI/Polri di Ibu Kota Nusantara (IKN). (Foto: Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Yogyakarta Kedua universitas Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Nasional Singapura (NUS) siap berkolaborasi mengusung penelitian terkait pembangunan kota berkelanjutan di proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Rektor UGM, Ova Emilia, mengatakan bahwa kerja sama ini sudah mencapai tahap diskusi ahli dan penyusunan proposal dari kedua pihak serta merumuskan agenda penelitian dan akademik dalam mengembangkan kota yang modern dan berkelanjutan. 

“Dengan berfokus pada keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan IKN, kita ingin mensinergikan kebijakan pemerintah dengan inovasi akademis dan solusi praktis, guna memastikan kelancaran pembangunan IKN yang sejalan dengan prinsip keberlanjutan, efisiensi, dan inklusivitas,” kata Rektor di Balai Senat UGM, Senin (2/9/2024).

Rektor berharap kolaborasi ini dapat berkontribusi dalam mengatasi tantangan akuisisi pengetahuan dan kebijakan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan untuk masa depan terutama keseimbangan antara pembangunan dan konservasi. Karena, untuk membangun regulasi iklim  dalam pembangunan IKN ini perlu landasan program pemulihan keanekaragaman hayati.

Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan beberapa riset kolaborasi seperti mengatasi dampak pembangunan di masa depan dengan meningkatkan kualitas udara, pengelolaan air, dan perbaikan iklim mikro di Ibu Kota Nusantara. Peningkatan kualitas lingkungan akan secara signifikan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meliputi kesehatan dan pendidikan, dan mendorong keterlibatan masyarakat yang lebih kuat. “Hal ini, pada gilirannya, akan berkontribusi dalam mengembangkan kota yang berkelanjutan di masa depan, termasuk ketahanan panas di antara masyarakat,” terangnya.

Terkait pengembangan Ibu Kota Nusantara, UGM dan NUS juga sepakat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara para ahli dari universitas dan pejabat pemerintah. Disamping mendorong inovasi dan penelitian terkait dengan pembangunan dan pengelolaan kota baru dengan memanfaatkan sumber daya akademis dan teknologi.

Ova mengatakan kerja sama dua kampus ini akan lebih mengedepankan pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan isu lingkungan. UGM mengusung konsep restorasi dan reforestasi lingkungan di kawasan IKN. “Setelah itu sudah berjalan, kita akan lanjut ke tahap riset selanjutnya,” tutur Ova.

Presiden NUS, Tan Eng Chye, mengatakan salah satu topik yang menjadi penelitian antara UGM dan NUS adalah topik tentang penanganan perubahan iklim dan solusinya. Terlebih lagi, Tan merasa terhormat bahwa NUS dilibatkan dalam proses penelitian untuk pembangunan IKN. “Kami berharap bisa berkolaborasi dengan UGM untuk mengetahui bagaimana dua perspektif dapat membantu mempertegas apa yang sudah kita semua usahakan,” ucap Tan.

Lebih lanjut Tan Eng Chye menjelaskan kerja sama antara UGM dan NUS ini ada lima pakar dari NUS yang akan kolaborasi dengan Fakultas Geografi UGM untuk mencari solusi terkait perubahan iklim regional dan global. Selain itu, NUS akan memanfaatkan program mereka, NUS Cities, untuk memecahkan masalah urbanisasi yang akan dihadapi oleh IKN. “Kami harap penelitian bersama ini dapat bermanfaat bagi Ibu Kota Nusantara,” ujar Tan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya