Muncul Gerakan Sapu-Sapu di Bantul Yogyakarta, Apa Maksudnya?

Dampak serius kehadiran lokasi sampah liar ini sangat disadari betul Untoro-Wahyudi. Sehingga Gerakan Sapu-sapu akan berkeliling setiap hari menyasar titik pembuangan sampah liar.

oleh Kukuh Setyono diperbarui 08 Okt 2024, 08:26 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2024, 20:24 WIB
Pilkada Serentak 2024 Bantul
Bersama relawan ‘Sapu Lidi’, pasangan Utoro-Wahyudi menggulirkan program bersih-bersih tempat sampah liar di Bantul bernama ‘Gerakan Sapu-sapu’. (Dok Pribadi)

Liputan6.com, Bantul - Persoalan sampah di Bantul, DIY dinilai belum selesai. Kehadiran tumpukan sampah liar di berbagai titik pinggir jalan dinilai muncul akibat pembiaran atau diabaikan pemerintah. Inisiatif ‘Gerakan Sapu-sapu’ bertujuan membersihkan titik-titik sampah liar tersebut.

Gerakan Sapu-sapu dianggap memberikan solusi nyata bagi krisis sampah di Bantul. Gerakan ini diharapkan menjadi awal dari gerakan besar yang melibatkan seluruh elemen masyarakat bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan.

Dikenalkan dan dimotori pasangan di Pilkada Serentak 2024 Bantul, Untoro Hariadi-Wahyudi Anggoro Hadi. Gerakan Sapu-sapu akan melibatkan relawan Sapu Lidi yang secara sukarela turun tangan membersihkan sampah liar di berbagai lokasi.

“Gerakan akan menargetkan semua titik penumpukan sampah liar di Bantul. Bersama aktivis lingkungan di relawan Sapu Lidi, kami berkomitmen membersihkan Bantul dari tumpukan sampah,” kata Wahyudi, Senin (7/10/2024) malam.

Dampak serius kehadiran lokasi sampah liar ini sangat disadari betul Untoro-Wahyudi. Sehingga Gerakan Sapu-sapu akan berkeliling setiap hari menyasar titik pembuangan sampah liar.

Tak hanya membersihkan, tim juga menyediakan tempat sampah sementara untuk mengurangi pembuangan liar sembarangan. Sampah-sampah ini kemudian akan diangkut dan dibawa ke pusat pengolahan sampah di Desa Panggungharjo, Sewon.

“Ini cara langsung yang diterapkan mengatasi akar masalah di masyarakat, serta menciptakan kesadaran dan perubahan perilaku yang lebih baik terkait manajemen sampah,” lanjut Wahyudi.

Menjadi daerah hulu bagi Sleman dan Kota Yogyakarta, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul mencatat pasca penutupan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Piyungan sekitar 90 ton sampah per hari yang belum tertangani.

Kepala DLH Bantul Bambang Purwadi menyatakan untuk menangani sampah-sampah ini Pemkab telah membangun tiga TPST yang berada di Modalan (Banguntapan), Dingkikan (Sedayu) dan Bawuran (Pleret).

“TPST yaitu Modalan dan Bawuran masing berkapasitas 50 ton per hari. Sedangkan TPST Dingkikan yang ditargetkan Oktober ini beroperasi berkapasitas 20 ton,” jelasnya.

Guna mempercepat realisasi program ‘Bantul Bersih Sampah 2025 (Bantul Bersama), Pemkab juga tengah meningkatkan kapasitas 16 TPST yang dimiliki desa.

Bambang menyatakan apa yang telah dilakukan dalam mengatasi persoalan sampah dengan berbagai metode agar tidak lagi membuat resah warga merupakan komitmen Pemkab Bantul.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya