Berkat Inovasi Mesin Penggiling Padi, Penyuluh Pertanian Jadi Finalis ASN Berprestasi Jabar 2024

Penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Ahmad Nasir Ginanjar mewakili Pemda Garut menjadi finalis ajang ASN berprestasi tingkat Jawa Barat 2024 pada kategori inovatif, dari tiga kategori lomba yakni Inspiratif, future leader, dan inovatif.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 17 Okt 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2024, 08:00 WIB
Ahmad Nasir Ginanjar (38), penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, sukses menghasilkan inovasi mesin mini huller padi portabel berbahan gas. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Ahmad Nasir Ginanjar (38), penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, mesin mini huller padi portabel berbahan gas tengah menjelaskan di depan juri loma ASN Berprestasi tingkat Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Ahmad Nasir Ginanjar (38), penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, sukses menghasilkan inovasi mesin mini huller portable berbahan gas. Atas temuannya, Ahmad mewakili Pemda Garut menjadi finalis ajang ASN berprestasi tingkat Jawa Barat 2024 pada kategori inovatif, dari tiga kategori lomba yakni Inspiratif, future leader, dan inovatif.

Menurutnya, ide temuan mini huller portable berbahan gas tersebut, berasal dari kekhawatiran menurunnya keuntungan petani saat musim panen tiba, akibat tingginya biaya operasional yang harus dikeluarkan. “Banyak petani menyerahkan lahan mereka kepada pemilik sawah karena usaha tani padi sudah tidak lagi profitable atau menguntungkan,” kata dia.

Salah satunya karena tingginya beban operasional setelah panen hingga proses penggilingan di mesin huller untuk menghasilkan beras. “Akhirnya kami riset dan Alhamdulillah menghasilkan mesin mini huller portable berbahan gas ini,” kata dia.

Pada praktiknya, mesin ini diklaim lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar hingga menghasilkan rendemen (jumlah yang dihasilkan) padi yang lebih tinggi dibandingkan mesin penggiling eksisting (konvensional). “Jelas keuntungan petani pun kembali meningkat karena beban operasional lebih efisien,” kata dia.

Guna menghindari praktek plagiat, Ahmad telah mendaftarkan temuannya ke Kementerian Hukum dan HAM untuk mendapatkan sertifikat HKI (Hak Kekayaan Intelektual). “Kami juga telah menguji kehandalan mesin di Balai Mekanisasi Pertanian, Jawa Barat, yang menunjukkan bahwa mesin kami menggiling padi lebih efisiensi dibanding mesin eksisting,” kata dia.

Ahmad mengaku, perjalanan menembus finalis lomba ASN berprestasi tingkat Jawa Barat kategori inovasi tidaklah mudah, selain persaingan yang ketat dengan 300 lebih peserta lainnya, ia mengaku Dinas Pertanian sudah lama tidak mengirimkan utusan untuk kategori inovasi. “Kami berhasil meyakinkan juri bahwa dampak besar dari inovasi yang kami hasilkan bagi kesejahteraan petani hingga masuk enam besar,” kata dia.

Keunggulan Mini Huller Portable Berbahan Gas

Ahmad Nasir Ginanjar (38), penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, mesin mini huller padi portabel berbahan gas tengah menjelaskan di depan juri loma ASN Berprestasi tingkat Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Ahmad Nasir Ginanjar (38), penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, mesin mini huller padi portabel berbahan gas tengah menjelaskan di depan juri loma ASN Berprestasi tingkat Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Hasil uji laboratorium mencatat, mesin mini huller portable berbahan gas ciptaannya jauh lebih mudah dan ramah lingkungan, hingga mampu menekan biaya operasional sampai 50 persen. “Jelas ini keuntungan bagi petani karena lebih ekonomis bahan bakar,” kata dia.

Dalam satu jam penggilingan, bahan bakar gas yang digunakan hanya menghabiskan 0,84 kg dengan hasil gilingan mencapai 118 kilogram (kg) beras, atau satu tabung gas melon seberat 3 Kg, mampu menghasilkan hingga 4 kuintal beras. “Jika diasumsikan satu tabung gas 22 ribu rupiah per tabung, maka biaya penggilingan hanya Rp 55 per kilogram,” papar dia.

Sedangkan rendemen padi yang dihasilkan jauh lebih efisien hingga 8 persen menjadi 68 persen, dibanding mesin penggilingan berbahan solar yang berada pada kisaran 60-62 persen. “Artinya, dari 100 kilogram gabah, petani bisa mendapatkan 65-68 kilogram beras. Peningkatan ini memberikan keuntungan lebih bagi petani, terutama dalam meningkatkan hasil produksi mereka,” kata dia.

Selain itu, harga mini huller portabel berbahan gas relatif murah dengan desain yang lebih kecil lebar 60 cm, panjang 110 cm dan tinggi 120 cm, sehingga tidak menghabiskan banyak ruangan. “Mesin ini tidak  memakan tempat apalagi suaranya tidak bising, sehingga cocok menggiling di tengah pemukiman,” ujar dia.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman mengapresiasi sekaligus bangga atas temuan anak buahnya itu. Ia berharap inovasi yang dihasilkan mampu memberikan dampak positif bagi petani. “Biaya produksi penggilingan jauh lebih murah dibandingkan penggilingan konvensional yang memakan biaya sekitar Rp 700 per kilogram,” kata dia.

Tidak hanya itu, kini Ahmad mulai mengembangkan mesin pengolah sampah anorganik yang mampu menghasilkan listrik melalui sistem kompleks termodinamika dan teknologi pltu. “Sebuah inovasi yang luar biasa dan menjawab tantangan masa kini,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya