Perang Tanding di Adonara, Pj Gubernur NTT Minta Maaf

Selain langkah penyelesaian konflik, Penjabat Gubernur NTT didampingi Forkopimda juga menyalurkan bantuan sosial bagi para korban.

oleh Ola Keda diperbarui 29 Okt 2024, 04:30 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2024, 04:30 WIB
Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto saat berkunjung ke lokasi perang tanding di Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT (Liputan6.com/Ola Keda)
Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto saat berkunjung ke lokasi perang tanding di Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Flores Timur - Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, bergerak cepat ke lokasi perang tanding di Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim) dalam rangka penyelesaian masalah.

Selain langkah penyelesaian konflik, Penjabat Gubernur didampingi forkopimda juga menyalurkan bantuan sosial bagi para korban.

“Ketika mendengar terjadi konflik antar desa di Adonara, saya memutuskan untuk segera ke sini. Kami meminta maaf kepada keluarga korban, karena kelengahan kami, makanya hal ini bisa terjadi,” ujar Pj. Gubernur NTT.

Ia meminta Pemerintah Kabupaten Flores Timur dan jajaran untuk segera menangani dan melakukan upaya-upaya rekonsiliasi dan mediasi dengan terus melakukan koordinasi bersama forkopimda dan pihak-pihak terkait agar permasalahan konflik ini dapat segera teratasi.

“Ini sudah terjadi, kita harus tanggap. Prinsipnya jajaran Pemprov akan selalu support untuk selesaikan ini persoalan. Terkhusus para korban jiwa, korban luka-luka, dan yang mengungsi, semua bantuan, akan disiapkan oleh pemerintah. Sekecil apapun yang para korban butuhkan akan disiapkan oleh Pemda,” ucapnya.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jangan Terprovokasi

Ia berharap masyarakat setempat tetap tenang dan menahan diri agar tidak mudah terprovokasi.

“Percayakan semua kepada pemerintah dan aparat penegak hukum untuk memfasilitasi penyelesaiannya,” katanya.

Ia mengingatkan warga desa Adonara agar membuang budaya perang antar desa yang tidak sepatutnya terjadi, karena akan menimbulkan kerugian dan kemunduran bagi masyarakat setempat dan juga berdampak buruk bagi generasi muda.

"Istilah perang tanding itu seharusnya tidak ada. Yang seharusnya terjadi itu adalah hidup damai antar desa. Jika ada permasalahan, itu wajar dan itu dinamika kita dalam kehidupan bermasyarakat. Namun permasalahan itu harus kita selesaikan dengan kepala dingin," jelasnya.

“Dengan berbagai potensi hasil bumi di desa yang kita miliki, harusnya kita bekerja sama. Kita kelola sebaik-baiknya, agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan warga desa. Kasihan generasi muda kita ke depan, jika kita memberi contoh hal-hal buruk. Mereka justru akan terpapar dengan segala sesuatu berbau kekerasan," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya