Gen-Z di Garut Diajak Mulai Melek Terhadap Konservasi Lingkungan

Konservasi bukan hanya tentang penanaman pohon, tetapi juga mencakup sampah, energi, dan budaya atau perilaku terhadap lingkungan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 13 Nov 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2024, 08:00 WIB
Yayasan Cita Bina Bangsa Indonesia (CBBI) mengajak kalangan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) atau gen-Z di kota Dodol Garut, Jawa Barat, mulai peka dan melek literasi konservasi alam. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Yayasan Cita Bina Bangsa Indonesia (CBBI) mengajak kalangan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) atau gen-Z di kota Dodol Garut, Jawa Barat, mulai peka dan melek literasi konservasi alam. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Di tengah ancaman kerusakan hutan dan lingkungan, Yayasan Cita Bina Bangsa Indonesia (CBBI) mengajak kalangan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) atau gen-Z di kota Dodol Garut, Jawa Barat, mulai peka dan melek literasi konservasi alam.

Pada kegiatan yang digelar di Puncak Parabon, Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Garut, mereka diajak bersahabat dengan alam untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan generasi muda, melalui kegiatan konservasi lingkungan. “Konservasi bukan hanya tentang penanaman pohon, tetapi juga mencakup persampahan, energi, dan budaya atau perilaku terhadap lingkungan,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut, Jujun Juansyah, Senin (11/11/2024).

Menurutnya, kepedulian generasi muda terutama Gen-Z terhadap kelestarian alam cukup penting dalam menjaga ekosistem lingkungan hidup di masa depan. “Lingkungan yang sehat tentu berdampak pada pertumbuhan dunia yang sehat pula,” kata dia.

Melalui kegiatan itu, diharapkan mampu menghasilkan kader lingkungan yang dapat mengedukasi masyarakat terkait pentingnya menjaga kelestarian alam. “Masalah lingkungan tidak bisa diatasi dalam satu waktu, sehingga kegiatan ini diharapkan dapat terus berlanjut secara berkesinambungan,” ujar dia mengingatkan.

Saat ini, ancaman kerusakan hutan dan lingkungan di depan mata. Tercatat sekitar 51 ribu hektar lahan kritis di Garut membutuhkan upaya konservasi, kemudian pengelolaan sampah yang masih kurang optimal, dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. “Harapannya dengan adanya edukasi ini, menjadi sarana untuk memberikan atau mereplikasi terutama pemahaman masyarakat terhadap lingkungan,” kata dia.

Program Pepeling

Para peserta diajak berkeliling Argo Retum, wilayah konservasi milik BBWS Cimanuk Cisanggarung yang menjadi bagian dari upaya pelestarian lingkungan di Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Para peserta diajak berkeliling Argo Retum, wilayah konservasi milik BBWS Cimanuk Cisanggarung yang menjadi bagian dari upaya pelestarian lingkungan di Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Ketua Pelaksana sekaligus Pimpinan Yayasan Citra Bina Bangsa Indonesia, Uun Frinawaty, menyatakan kegiatan diikuti sekitar 50 peserta yang merupakan bagian dari peluncuran program Pelajar Peduli Lingkungan (Pepeling). “Program ini melibatkan 5 sekolah unggulan, termasuk SMAN 10 Leuwigoong dan SMAN 16 Cisurupan yang konsen terhadap isu lingkungan,” kata dia.

Selain memberikan edukasi mengenai konservasi alam, kegiatan itu diharapkan mampu menanamkan nilai cinta lingkungan, pemahaman tentang perubahan iklim, dan membangun karakter green leadership di kalangan pemuda. “Kami juga berikan keahlian kepada anak-anak bagaimana mereka aware terhadap lingkungan dari mulai belajar menyemai, terlibat dalam aksi menanam pohon, memilah sampah, mengolah sampah,” papar dia.

Salah satu aktivitas tambahan yang diperkenalkan adalah pengolahan sampah menjadi Ekoenzim, cairan multi-manfaat. Mereka juga diajak berkeliling Argo Retum, wilayah konservasi milik BBWS Cimanuk Cisanggarung yang menjadi bagian dari upaya pelestarian lingkungan di Garut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya