Intip Sejarah di Balik Megahnya Gedung Sate Bandung

Bangunan ini awalnya diperuntukkan sebagai kantor Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan Umum pada masa pemerintahan Hindia Belanda

oleh Panji Prayitno diperbarui 23 Nov 2024, 00:00 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2024, 00:00 WIB
Intip Sejarah Dibalik Megahnya Gedung Sate Bandung
Gedung Sate, Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Bara (2024). (Dikdik Ripaldi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Gedung Sate di Bandung adalah salah satu ikon arsitektur dan sejarah yang paling terkenal di Indonesia. Bangunan ini terletak di Jalan Diponegoro Kota Bandung dan dibangun pada tahun 1920-an.

Gedung Sate dirancang oleh arsitek J. Gerber dan insinyur Belanda lainnya yang bekerja untuk pemerintahan kolonial Hindia Belanda saat itu. Desain bangunan ini unik karena mencampurkan elemen arsitektur Eropa dengan nuansa tradisional Nusantara, menjadikannya sebuah karya yang penuh simbolisme.

Nama Gedung Sate sendiri berasal dari ornamen di puncak gedung yang berbentuk seperti tusukan sate, dengan enam ornamen bulat yang melambangkan total biaya pembangunan gedung tersebut sebesar 6 juta Gulden.

Proses pembangunan Gedung Sate dimulai pada tahun 1920 dan selesai pada tahun 1924. Bangunan ini awalnya diperuntukkan sebagai kantor Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan Umum pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Pemilihan Bandung sebagai lokasi pembangunan gedung ini bukan tanpa alasan. Pada masa itu, pemerintah kolonial memiliki rencana untuk memindahkan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia (sekarang Jakarta) ke Bandung karena alasan keamanan dan kondisi geografis yang lebih strategis dan sejuk.

Gedung Sate menjadi salah satu proyek besar dalam upaya menjadikan Bandung sebagai pusat administrasi pemerintahan kolonial. Arsitektur Gedung Sate sangat khas dengan gaya Indisch yang populer pada masa itu, yaitu perpaduan antara gaya arsitektur Barat dan unsur-unsur lokal.

Bangunan ini memiliki bentuk simetris dengan elemen khas berupa kolom-kolom besar yang kokoh, serta atap yang menyerupai meru atau pagoda yang biasa ditemukan di bangunan tradisional Indonesia, khususnya di Bali dan Jawa.

Simbol Kota Bandung

Gaya ini menunjukkan adanya adaptasi terhadap kondisi iklim tropis di Indonesia, dengan ventilasi yang baik dan penggunaan material yang kuat. Interior gedung juga memiliki detail-detail dekoratif yang kaya, mencerminkan perpaduan antara seni Barat dan keindahan tradisional Indonesia.

Pada masa setelah kemerdekaan Indonesia, Gedung Sate mengalami beberapa kali perubahan fungsi. Gedung ini sempat digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia pada awal masa kemerdekaan, sebelum akhirnya dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dijadikan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat hingga saat ini.

Gedung Sate kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya yang menarik bagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Di dalamnya terdapat Museum Gedung Sate yang menampilkan informasi sejarah gedung, termasuk proses pembangunan, arsitektur, dan berbagai artefak bersejarah.

Selain itu, Gedung Sate juga sering digunakan untuk acara-acara resmi dan seremonial pemerintah. Keindahan dan nilai sejarah Gedung Sate telah menjadikannya sebagai landmark ikonik yang mengundang banyak orang untuk datang dan mengenal lebih jauh tentang warisan budaya dan sejarah Indonesia.

Bangunan ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan bangsa, tetapi juga bukti nyata dari pertemuan budaya Timur dan Barat yang saling mempengaruhi dalam hal arsitektur dan seni.

Gedung Sate, dengan segala keunikannya, tetap menjadi salah satu simbol penting di Kota Bandung yang membawa pesan tentang pentingnya menjaga dan menghargai warisan budaya bagi generasi mendatang.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya