Sejarah Tari Haka, Produk Budaya Suku Maori Selandia Baru

Setiap kali Haka dibawakan, tidak hanya menghadirkan kembali tradisi leluhur, tetapi juga menegaskan eksistensi dan spirit tak tergoyahkan masyarakat Maori.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 27 Nov 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2024, 18:00 WIB
Turun ke Jalan, Masyarakat Adat Maori Protes RUU Penafsiran Kembali Perjanjian Waitangi
Untuk diketahui, Suku Maori merupakan suku pertama yang menghuni di Selandia Baru. Dan Haka merupakan tarian tradisional yang dilakukan oleh suku Maori kuno. (Sanka Vidanagama/AFP)

Liputan6.com, Yogyakarta - Tarian Haka merupakan manifestasi budaya suku Maori yang telah bertahan selama berabad-abad di Selandia Baru, mencerminkan identitas spiritual dan sejarah kelompok etnis tersebut. Tarian kompleks ini memiliki fungsi beragam, mulai dari upacara perang, penyambutan tamu, hingga ekspresi kolektif dalam peristiwa penting.

Mengutip dara berbagai sumber, akar historis Haka berasal dari tradisi pejuang Maori yang menggunakan tarian untuk menunjukkan kekuatan dan solidaritas. Gerakannya mencakup ekspresi wajah intens, tepukan dada keras, gerakan kaki dinamis, dan teriakan menggema.

Setiap gerakan dalam tari haka memiliki simbolisme mendalam tentang sejarah, kedudukan sosial, dan semangat kolektif masyarakat Maori. Struktur Haka terdiri dari elemen penting seperti "Wero" (tantangan) dan "Karanga" (seruan).

Masing-masing mempunyai fungsi sebagai medium komunikasi hidup untuk mentransmisikan pengetahuan dan memori antargenerasi. Tarian ini tidak sekadar pertunjukan, melainkan saksi bisu perjuangan dan identitas budaya yang tak terpatahkan.

Dalam konteks modern, Haka telah melampaui batas tradisional, menjadi ikon budaya global melalui tim rugby "All Blacks" dan berbagai panggung internasional. Penggunaan Haka mengubah tarian perang tradisional menjadi simbol kebanggaan nasional dan identitas kultural Maori.

Komposisi gerakan Haka melibatkan koordinasi kompleks antara gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan suara. Setiap elemen memiliki makna spesifik yang diwariskan secara oral.

Variasi Haka sangat beragam, dari Haka perang (Haka Taparahi) yang agresif hingga Haka penghormatan (Haka Whakanui) yang spiritual. Frasa kunci "Ka mate! Ka mate! Ka ora! Ka ora!" yang berarti "Aku mati! Aku mati! Aku hidup! Aku hidup!" pertama kali diperkenalkan oleh Kepala Suku Te Rauparaha dan kini menjadi bagian integral dari berbagai ritual Maori.

Festival Te Matatini sejak 1972 telah menjadi panggung utama untuk memamerkan keragaman dan keindahan tarian Haka. 

Warisan hidup yang terus berkembang, Haka menjembatani masa lalu dengan masa kini, dan menegaskan kontinuitas budaya suku Maori di tengah transformasi global. Setiap kali Haka dibawakan, tidak hanya menghadirkan kembali tradisi leluhur, tetapi juga menegaskan eksistensi dan spirit tak tergoyahkan masyarakat Maori.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya