Liputan6.com, Yogyakarta - QS World University Ranking: Sustainability 2025 UGM meraih peringkat ke-131 dunia dan peringkat ke-1 Asia Tenggara dan Indonesia dalam kategori Good Governance. Peran civitas akademika UGM melalui Satuan Penjaminan Mutu dan Reputasi Universitas (SPMRU) sangat besar dalam pencapaian ini.
Kepala SPMRU UGM, Indra Wijaya Kusuma mengatakan SPMRU memiliki tugas utama dalam memastikan pengumpulan data dan pelaporan yang komprehensif, dan berperan penting dalam menyusun strategi peningkatan kinerja UGM. Salah satu langkah strategis menurut Indra, adalah pendekatan komprehensif dalam memahami dan memenuhi setiap indikator pemeringkatan.
“Melalui kajian mendalam dan kolaborasi erat dengan unit-unit kerja terkait, SPMRU dengan Kantor Berkelanjutannya berhasil mengarahkan UGM untuk memenuhi standar tata kelola keberlanjutan global,” tutur Indra ketika diwawancara di Kampus UGM, Senin 30 Desember 2024.
Advertisement
Baca Juga
Indra mengatakan dalam metrik tata kelola (governance) QS WUR Sustainbility, ada sejumlah aspek yang dinilai dari tata kelola, riset dan keuangan, yang di antaranya Ethics Culture, Open-Access Publishing, Dedicated staff / team for Sustainable Development, Transparent financial reporting, Student's Union, Student Representation in Governance, Published governance minutes, National Signatory to UN charter against torture, Staff perception on institutional ethics, serta Policy Citations (Governance)
"Sebagai contoh, UGM menempatkan nilai penting pada transparansi dengan adanya sistem pelaporan yang dapat diakses publik, seperti melalui platform whistleblowing di UGM, serta laporan keuangan yang dipublikasikan secara rutin."
Berbagai program juga mendukung aspek-aspek tata kelola ini, di antaranya mengenai Budaya Etika (Ethics Culture) dimana UGM memiliki kebijakan yang jelas terkait nilai-nilai seperti keragaman, kejujuran, dan keadilan, yang didokumentasikan dalam rencana strategis universitas dan disosialisasikan kepada seluruh lapisan organisasi. Melalui berbagai upaya tersebut, UGM berhasil meningkatkan tata kelolanya, yang tercermin dalam skor tinggi di QS Sustainability Ranking.
“UGM juga memiliki serikat mahasiswa yang mewakili mahasiswa sarjana maupun pascasarjana, dengan kegiatan yang meliputi keterlibatan mahasiswa dalam pengambilan keputusan di tingkat universitas, ini juga menjadi aspek yang dinilai oleh QS Ranking,” katanya.
Meskipun begitu, UGM masih tetap menyadari adanya tantangan yang harus dihadapi untuk terus meningkatkan indikator tata kelola, salah satunya adalah pemahaman yang merata tentang proses bisnis lintas unit. Tantangan ini seringkali menyebabkan kesulitan dalam menerjemahkan kebijakan menjadi sistem tata kelola yang efisien, seperti dalam hal pelaporan, pencatatan, dan layanan administrasi.
"UGM berkomitmen untuk memperbarui kebijakan dan proses bisnis, mengembangkan sistem tata kelola yang lebih baik, dan melakukan benchmarking dengan universitas lain yang memiliki peringkat lebih tinggi."
UGM akan terus mendorong partisipasi seluruh sivitas akademika dalam mendukung tata kelola yang lebih baik, dengan menekankan dampak positif dari peningkatan reputasi universitas. Peningkatan reputasi ini diharapkan dapat membuka peluang kerja sama global yang lebih luas serta meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh komunitas UGM. "Dengan strategi tersebut, UGM berkomitmen untuk terus mengakar kuat menjulang tinggi dengan mengedepankan kampus yang inklusif dan berkelanjutan."
Secara keseluruhan, UGM berhasil meraih peringkat ke-383 dunia, yang menjadi sebuah lonjakan signifikan dari posisi sebelumnya di peringkat 476. Peningkatan UGM sangat terlihat di dua kategori lainnya: Environmental Impact (Dampak Lingkungan), di mana UGM menempati posisi ke-358 dunia dan ke-2 di Indonesia, dan Social Impact (Dampak Sosial), di posisi ke-581 dan ke-1 di Indonesia.