Liputan6.com, Semarang - Seniman dan budayawan selalu menawarkan rasa dan nilai kemanusiaan kepada bangsa. Mereka seperti tak peduli apakah akan dihormati, dikenang, atau bahkan dicueki.
Sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap nilai dan rasa yang telah ikhlas diberikan, digelar acara budaya bertajuk "Umbul Donga Bersama Gus Mus untuk Arwah Mendiang Budayawan Jawa Tengah". Acara digelar di Gedung Serba Guna Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Jalan Sriwijaya 29 Semarang, pada Selasa (4/2/2025) malam.
Advertisement
Inti dari Umbul Donga ini adalah melambungkan doa, sebagai wujud penghormatan kepada para seniman dan budayawan yang telah berpulang. Suasana khidmat menyelimuti saat KH Mustofa Bisri atau Gus Mus mengajak seluruh hadirin untuk berdoa bersama.
Advertisement
"Allah SWT menerima permohonan hamba-Nya dan berjanji akan memberikan ijabahnya. Maka pada malam hari ini kita panjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, khususnya untuk saudara-saudara kita yang telah dipanggil terlebih dahulu. Kita banyak berutang rasa kepada almarhum,” kata Gus Mus memberi pengantar.
Sejumlah nama budayawan yang didoakan dalam acara ini adalah Eko Budihardjo, Darmanto Jatman, Agus Maladi Irianto, Prie Gs, Agoes Dhewa, Handry TM, Soekamto Gullit, Djawahir Muhammad, Murtidjono, dan Slamet Gundono.
Sebelum dilantunkan doa bersama, dibuka dengan penampilan Tsaqiva Kinasih Gusti, musisi belia dari Kudus. Ia menghadirkan nuansa nglangut bagi para hadirin dengan sejumlah lagu.
Penanggung jawab acara, Masruhan Samsurie menyebut bahwa ide ini sebenarnya sudah sangat lama disampaikan Gus Mus.
“Gus Mus sudah mengutarakan niat ini sekitar tiga lebaran lalu. Kini, kita bisa merealisasikan acara ini," katanya.
Untuk mengenang sekaligus mengingatkan nilai yang telah diperkenalkan para seniman dan budayawan, ditampilkan sejumlah karya mereka.
Menghidupkan Karya
Rektor Undip Suharnomo membacakan puisi Prof Eko Budihardjo, Ilham Anwar, seniman asal Makassar membacakan karya Agoes Dhewa, Adhitia Armitrianto membacakan puisi Sukamto Gullit, Kelana Siwi melantunkan puisi Djawahir Muhammad, berlanjut Imaniar Christy dengan puisi Handri TM, dan Sosiawan Leak membacakan biografi Murtidjono dengan bergaya puisi, serta monolog seniman gaek, Eko Tunas mementaskan puisi Darmanto Jatman dengan gaya seperti Slamet Gundono.
Ada pula sejumlah seniman yang mengapresiasi lewat teatrikal seperti Ekoteater Hae yang mementaskan fragment Opera Bulan Sepotong karya Agus Maladi Irianto dan musikalisasi puisi karya Prie GS, oleh Teater Lingkar.
Menurut Gus Mus, persahabatan dan persaudaraan antarseniman dan budayawan terus berlanjut meski pun ada yang telah meninggal dunia.
“Persahabatan dan seduluran di kalangan budayawan dan seniman tidak hanya berlangsung ketika mereka masih hidup, tetapi juga terus berjalan meski beberapa telah lebih dulu mendahului. Kesetiakawanan mereka tetap terjaga, salah satunya dengan menggelar acara Umbul Donga ini,” kata Gus Mus.
Gus Mus juga berharap bahwa kegiatan ini dapat membawa manfaat dan keberkahan bagi semua yang hadir, serta menjadi pengingat akan pentingnya menghargai jasa para budayawan dalam perjalanan seni dan budaya Indonesia.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)