Liputan6.com, Bali - Taman hiburan yang berlokasi tidak jauh dari Pantai Sanur ini menyisakan kisah tentang dampak krisis ekonomi terhadap industri pariwisata Indonesia. Tempat ini berlokasi di Desa Kesiman Petilan, Sanur, Denpasar Timur, Bali.
Krisis moneter 1998 tidak hanya melumpuhkan sektor ekonomi Indonesia, tetapi juga menghentikan operasional Taman Festival Bali. Dulu tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Pulau Dewata.
Mengutip dari berbagai sumber, sebelum gulung tikar pada tahun 1999, Taman Festival Bali merupakan destinasi wisata modern yang menawarkan berbagai wahana hiburan keluarga. Investasi besar-besaran telah ditanamkan untuk membangun fasilitas lengkap, termasuk area pertunjukan, wahana permainan, dan zona kuliner yang menggabungkan unsur budaya dengan hiburan modern.
Advertisement
Baca Juga
Guncangan ekonomi yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1990-an membuat biaya operasional taman hiburan ini membengkak. Nilai tukar rupiah yang anjlok terhadap dolar Amerika menyebabkan pengelola kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran peralatan impor dan biaya pemeliharaan wahana.
Tingginya biaya operasional berbanding terbalik dengan penurunan jumlah pengunjung akibat menurunnya daya beli masyarakat di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan. Penutupan Taman Festival Bali menyisakan aset bernilai miliaran rupiah yang terbengkalai.
Wahana-wahana yang dulunya menjadi kebanggaan kini tertutup tanaman merambat dan semak belukar. Bangunan-bangunan yang tidak terawat perlahan mengalami kerusakan akibat faktor alam.
Kondisi terbengkalai selama bertahun-tahun mengubah wajah Taman Festival Bali secara drastis. Area yang dulunya dipenuhi keceriaan pengunjung kini menjadi kawasan kumuh.
Perubahan ini menciptakan suasana yang justru menarik minat pengunjung dengan motivasi berbeda. Lokasi yang dulunya dirancang sebagai pusat hiburan keluarga kini beralih fungsi menjadi destinasi wisata alternatif bagi pencinta eksplorasi.
Penulis: Ade Yofi Faidzun