Banyak WNI di Malaysia Tanpa Dokumen, Universiti Malaysia Sabah dan HI UMY Lakukan Studi Bersama

Malaysia menjadi negara dengan jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) terbanyak, yang mencapai hingga 2,5 juta orang.

oleh Yanuar H Diperbarui 25 Feb 2025, 19:00 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 19:00 WIB
Kemlu RI percepat pemulangan WNI kelompok rentan dari detensi imigrasi Malaysia.
Kemlu RI percepat pemulangan WNI kelompok rentan dari detensi imigrasi Malaysia. (Dok. Kemlu RI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Program Studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI UMY) akan bekerjasama di bidang penelitian dengan Universiti Sabah Malaysia soal WNI di Malaysia yang banyak tidak memiliki dokumen. Konsulat Jenderal RI di Sabah Malaysia memiliki data jika diaspora Indonesia di Sabah tercatat mencapai lebih dari 123 ribu orang, dengan 23 ribu diantaranya adalah usia sekolah, namun, jumlah riilnya bisa dua hingga tiga kali lipat lebih banyak dari data.

"Hal ini bisa terjadi terutama karena Sabah punya akses darat dan laut yang bisa dimasuki oleh para imigran gelap. Oleh karena itulah, melihat fenomena yang terjadi ini, kami di Program Studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI UMY) akan menjalin kerja sama dengan Universiti Malaysia Sabah (UMS) dalam bidang riset untuk topik Undocumented People ini dan tentang isu-isu perbatasan," jelas Sugito Ketua Prodi HI UMY, Selasa (18/2/2025). 

Sugito mengatakan penyebab fenomena WNI pekerja migran tanpa dokumen di Malaysia ini karena visa yang dimiliki adalah visa turis dengan masa berlaku 30 hari dan sudah habis namun tidak diurus kembali. Lalu selain itu karena kelahiran anak yang juga tidak terdokumentasikan, hingga WNI yang masuk secara ilegal melalui perbatasan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. "Jadi untuk membantu mengurai problem imigran yang terjadi di sana, khususnya di Sabah Malaysia, kami akan melakukan kerja sama riset ini. Selain itu juga, tujuan kerja sama ini untuk mencari alternatif kebijakan dan pendekatan yang tepat, untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul terkait dengan imigrasi orang ini," papar Sugito.

Finalisasi draf riset bersama mengenai banyaknya WNI di Malaysia tanpa dokumen antara HI UMY dengan UMS ini pun telah dilakukan pada Kamis (13/2) di USM oleh Ketua Prodi HI UMY Sugito, dan Dekan Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan (FSSK) Asmady Idris. Selain kolaborasi riset, Prodi HI UMY dan FSSK UMS juga akan melakukan kerja sama student exchange, KKN Internasional kolaborasi dengan UMS, KJRI, dan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), publikasi bersama, joint international seminar, dan pertukaran dosen mengajar.

“Dalam konteks studi, HI UMS punya kelebihan pada study human security, border study, dan migrasi. Hal inilah yang dirasa cocok dengan keunggulan HI UMY. UMS juga punya potensi besar untuk dapat mengirimkan mahasiswanya untuk inbound di HI UMY,” imbuh Sugito.

Sementara itu, di sisi lain persoalan pekerja migran ini, netizen Indonesia juga tengah diramaikan dengan kemunculan tagar #kaburajadulu di media sosial X. Ratih Herningtyas, Pakar Hubungan Internasional UMY menjelaskan jika tagar itu bentuk cerminan kegundahan, terutama dari anak-anak muda Indonesia tentang masa depan mereka.

“Kalau pemerintah mencanangkan Indonesia Emas, anak-anak malah memplesetkannya menjadi Indonesia Cemas. Ekspresinya ya dengan tagar itu. Jadi tagar itu mencerminkan persoalan multi dimensi Indonesia yang menimbulkan kekhawatiran, baik dari segi ekonomi, sosial, hukum, dan budaya. Apalagi jika kebijakan efisiensi anggaran pemerintah ini tidak diikuti dengan birokrasi yang seharusnya ramping,” ujar Ratih Selasa (18/2/2025).

Soal isu tentang migrasi orang Indonesia keluar negeri menurut Ratih sebenarnya juga kompleks. Seperti banyaknya WNI di Malaysia. “Sebelum ada tagar itu, isu pekerja migran Indonesia di luar negeri itu juga problematis. Dari problem dokumennya, keahliannya (pengaruh ke jenis pekerjaan, sampai ke problem sosial kemasyarakatan di luar negeri seperti kriminalitas, scam, dan lain-lain. Maka kita harus bijak menyikapi tagar #kaburajadulu tersebut,” ujar Ratih.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya