Liputan6.com, Lampung - Tren penyelundupan satwa liar asal Sumatra terus meningkat dalam dua tahun terakhir, terutama melalui Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Direktur Eksekutif FLIGHT, Marison Guciano, menyatakan keprihatinannya terhadap maraknya perdagangan ilegal ini.
"Sepanjang 2023, ada 27.577 individu satwa liar ilegal yang disita, dan jumlah ini meningkat menjadi 32.909 individu pada 2024. Mayoritas adalah burung kicau," ujarnya dalam diskusi bersama media membahas perdagangan ilegal satwa liar, ancaman kepunahan dan penyakit zoonosis, di Bandar Lampung, Senin (25/2/2025).
Marison mengapresiasi kerja keras Balai Karantina dalam menggagalkan upaya penyelundupan, tetapi menekankan perlunya pengawasan lebih ketat di titik asal perdagangan.
Advertisement
"Jangan hanya bertumpu pada petugas di hilir, seperti di Pelabuhan Bakauheni. Pengawasan harus diperkuat sejak dari daerah asalnya," tegasnya.
Ia juga menyoroti perlunya tindakan tegas terhadap oknum petugas yang diduga terlibat dalam praktik ilegal ini.
18.689 Satwa Liar Gagal Diselundupkan
Kepala Karantina Lampung, Donni Muksydayan, mengungkapkan bahwa sepanjang 2024 pihaknya berhasil menggagalkan penyelundupan 18.689 satwa liar di Pelabuhan Bakauheni.
"Di antara satwa yang diselamatkan, 654 individu merupakan jenis yang dilindungi, dengan dominasi cucak mini hijau," kata Donni.
Para sopir yang membawa satwa-satwa ini mengaku mendapatkan burung dari berbagai daerah, seperti Bandar Lampung, Lampung Selatan, Lampung Tengah, hingga luar provinsi seperti Palembang, Ogan Komering Ilir, Bengkulu, dan Pekanbaru.
Advertisement
Ancaman bagi Kedaulatan dan Ekosistem
Komandan Satgas Awan BAIS TNI, Letkol Achmad, menegaskan bahwa penyelundupan satwa liar bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga berkaitan dengan keamanan nasional.
"Penyebaran penyakit zoonosis dari satwa liar dapat menjadi ancaman serius. Kami bekerja sama dengan Balai Karantina, Dinas Kehutanan, dan NGO seperti FLIGHT untuk mencegahnya," ungkap Achmad.
Polda Lampung Perketat Pengawasan
Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Pol Yuni Isawandari Yuyun, menyatakan bahwa pihaknya telah menangani 12 kasus konservasi sumber daya alam (KSDA) sepanjang 2024, dengan 11 kasus berhasil diselesaikan.
"Kami terus meningkatkan pengawasan dan mengajak masyarakat untuk melaporkan jika menemukan aktivitas perdagangan satwa liar ilegal," jelas dia.
Selain itu, Polda Lampung juga melakukan edukasi di daerah pesisir dan sekitar hutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
"Dengan penegakan hukum dan edukasi, kami berharap dapat menekan perdagangan ilegal satwa liar dan menjaga keseimbangan ekosistem," tutupnya.
Advertisement
