Calung Renteng, Alat Musik Tradisional yang Lahir dari Kultur Budaya Agraris

Umumnya, calung yang berasal dari Banten Kidul terbuat dari bambu hitam. Masyarakat setempat percaya bahwa bambu jenis ini memiliki struktur yang kuat dan dapat menghasilkan suara lebih nyaring.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 02 Mar 2025, 12:00 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2025, 12:00 WIB
Seni Calung Sampaikan Nilai-Nilai Empat Pilar
Seni Calung Sampaikan Nilai-Nilai Empat Pilar... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Calung renteng merupakan salau satu alat musik tradisional yang tersebar di wilayah Banten Kidul dan Jawa Barat. Alat musik ini merupakan salah satu wujud kreativitas yang lahir dari kultur budaya agraris.

Mengutip dari indonesiakaya.com, calung renteng sebenarnya merupakan salah satu varian dari alat musik calung. Sementara itu, calung adalah alat musik tradisional yang dikembangkan dari alat musik angklung.

Keduanya merupakan alat musik yang terbuat dari bambu. Perbedaan keduanya tertelak pada bentuk dan cara memainkannya.

Angklung adalah alat musik bambu yang dimainkan dengan cara dibenturkan atau digoyang-goyangkan, sedangkan calung dimainkan dengan cara dipukul. Bilah-bilah bambu pada calung terhubung satu sama lain dengan serat bambu sesuai tangga nada.

Sementara itu, calung renteng sebagai salah satu varian calung memiliki perbedaan dengan calung pada umumnya. Calung renteng tidak memiliki dudukan.

Calung ini berisi bilah-bilah bambu yang dihubungkan dan digantung menjulur ke bawah. Urutannya dimulai dari tangga nada rendah hingga tinggi.

Calung renteng dimainkan dengan cara digantungkan pada rumah calung. Para pemain calung akan duduk bersila sambil menabuh bilah-bilah bambu.

Umumnya, calung yang berasal dari Banten Kidul terbuat dari bambu hitam. Masyarakat setempat percaya bahwa bambu jenis ini memiliki struktur yang kuat dan dapat menghasilkan suara lebih nyaring.

Calung renteng dimainkan oleh masyarakat Banten Kidul di sela-sela upacara yang berkaitan dengan ritual pertanian. Alat musik ini biasanya dimainkan secara berkelompok sedikitnya 4-8 orang.

Selain itu, alat musik ini juga dimainkan oleh anak laki-laki suku Banten Kidul saat para ibu sedang memanen padi. Mereka juga memainkannya saat ibu mereka sedang memisahkan bulir padi dari kulitnya dengan alat tradisional bernama lesung.

Seiring perkembangan zaman, calung renteng tak hanya dimainkan saat upacara tradisional saja, melainkan juga kerap dipadukan dengan berbagai alat musik modern. Keberadaan komunitas pemusik calung pun semakin banyak bermunculan demi melestarikan alat musik ini.

Penulis: Resla

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya