Liputan6.com, Sikka - Wabah flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) terus meluas hingga ke sejumlah kecamatan di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama periode Oktober 2024-Februari 2025, tercatat sebanyak 385 babi mati akibat wabah ini.
Kepala Dinas Pertanian Sikka, Yohanes Emil Satriawan mengatakan, saat ini wabah ASF telah menyebar ke sembilan kecamatan.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
“Sudah sembilan kecamatan yang melaporkan kasus kematian babi,” kata Emil kepada Liputan6.com, Rabu 26 Februari 2025.
Dia mencatat kecamatan yang paling tinggi yakni Talibura sebanyak 128 ekor. Kemudian, Alok Barat 115 ekor, Palue 85 ekor, Bola 17 ekor, Alok 14 ekor, Nita 6 ekor, Koting 5 ekor, Alok Timur 2 ekor dan Magepanda tiga ekor. Sehingga total ada 385 ekor.
Ia mengatakan, ada juga kasus kematian ternak babi yang diduga ASF tetapi tidak dilaporkan. Sejauh ini, kata dia, belum ada vaksin ataupun serum ASF yang tersedia di Dinas Pertanian Sikka. Begitu juga dengan vitamin dosis tinggi (biotin) dan desinfektan dari Dinas Pertanian Provinsi NTT yang belum tersedia.
Untuk sementara, langkah pencegahan ASF dilakukan melalui upaya memperkuat pengawasan lalu lintas ternak, sosialisasi kepada pedagang babi, dan peternak.
“Paling penting kesadaran masyarakat kita yang harus ditingkatkan. Kita sudah imbau berkali-kali tetapi tidak ditaati,” kata dia.
Simak Video Pilihan Ini:
Mewabah di Manggarai Timur
Puluhan ternak babi milik warga desa Rana Gapang dan desa Lengko Namut, kecamatan Elar, kabupaten Manggarai Timur, NTT mati.
Kematian massal babi itu belum dipastikan penyebabnya. Namun warga setempat menduga kematian babi tersebut akibat demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).
Kepala Desa Rana Gapang, Melkior Wene, mengatakan warga di desanya mengalami kerugian akibat babi peliharaannya mati mendadak.
"Di sini hampir semua warga punya babi. Kalau 20 ekor mati, kerugiannya bisa mencapai Rp140 juta. Sekarang di desanya sudah lebih dari 10 ekor babi yang mati," kata Melikior, Rabu 26 Februari 2025.
Menurutnya jumlah babi yang mati terus bertambah. Warga semakin resah dan berharap pemerintah segera melakukan langkah pencegahan.
"Mereka butuh solusi segera dari pemerintah, minimal ada obatnya. Kalau dibiarkan, peternak terus merugi," katanya.
Kematian massal babi di sebagian wilayah desa di kecamatan Elar itu dimulai sejak awal Februari 2025. Kematian terus terjadi dan semakin hari semakin bertambah.
"Kematian babi semakin hari semakin terus bertambah jumlahnya jika tak segera ditangani. Kemungkinan sudah positif ASF, karna gejalanya mirip dengan gejala tahun lalu" kata Melkior.
"Kami akan berusaha menghubungi dinas terkait agar mendapatkan solusinya, agar kedepannya wabah ini tak menyebar dan tidak merugikan para peternak babi lainnya," tambahnya.
Ia berharap pihak pemerintah daerah Manggarai Timur melalui dinas terkait segera mungkin berupaya untuk melakukan penanggulangan dan pencegahan virus ASF.
Seperti diketahui ASF merupakan penyakit virus yang sangat menular dan mematikan yang menyerang ternak babi. Penyakit ini tidak berbahaya bagi manusia, tetapi dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi peternak karena tingkat kematiannya yang tinggi.
Advertisement
