Liputan6.com, Gorontalo - Memasuki pertengahan Ramadan, masyarakat Kabupaten Gorontalo menyambut tradisi unik yang telah berlangsung secara turun-temurun, yakni Malam Qunut.
Tradisi yang digelar setiap 15 Ramadan ini ditandai dengan kemunculan pasar malam khas di Kecamatan Batudaa, yang didominasi oleh pedagang pisang dan kacang.
Pasar malam tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi warga, yang berbondong-bondong datang untuk membeli pisang dan kacang sebagai bagian dari perayaan tradisi ini.
Advertisement
Malam Qunut diyakini sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas setengah perjalanan ibadah puasa yang telah dijalani.
Tradisi Malam Qunut memiliki akar sejarah panjang di Gorontalo. Menurut cerita yang berkembang, dahulu masyarakat Batudaa memiliki kebiasaan mandi bersama usai salat Tarawih pada malam pertengahan Ramadan. Saat menunggu giliran mandi, mereka mengonsumsi camilan berupa pisang dan kacang.
Baca Juga
Seiring waktu, ritual mandi mulai ditinggalkan, namun kebiasaan makan pisang dan kacang tetap lestari hingga kini. Filosofi di balik tradisi ini dipercaya melambangkan kebersamaan dan keberkahan, menjadikannya bagian penting dalam budaya masyarakat setempat.
Tahun ini, perayaan Malam Qunut kembali digelar dengan meriah. Rarusan warga memadati lapangan Batudaa untuk meramaikan pasar pisang dan kacang yang menjadi ciri khas tradisi ini.
"Kalau Ramadan tiba, kami selalu menantikan tradisi ini. Pasar pisang dan kacang menjadi ikon yang tidak bisa dilewatkan," ujar Kasmat, seorang warga Kota Gorontalo yang turut serta dalam perayaan.
Senada dengan itu, Rahmad Ali, warga Gorontalo Utara, mengungkapkan bahwa sejak kecil ia sudah mengenal tradisi ini.
"Sejauh yang saya ingat, pasar pisang dan kacang selalu ada saat pertengahan Ramadan. Ini sudah menjadi bagian dari budaya kami," katanya.
Selain menjadi tradisi budaya, Malam Qunut juga dianggap sebagai wisata religi tahunan yang mendatangkan berkah. Beberapa warga meyakini bahwa makan pisang dan kacang pada malam tersebut memiliki makna spiritual tersendiri.
"Ada keberkahan tersendiri dalam tradisi ini. Selain sebagai ajang silaturahmi, Malam Qunut juga menjadi simbol kebersamaan masyarakat Gorontalo di bulan Ramadan," kata Rani warga lokal yang juga penjual pisang.
Dengan tetap lestarinya Malam Qunut, masyarakat Gorontalo terus menjaga warisan budaya yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Tradisi ini tidak hanya menjadi momen kebersamaan, tetapi juga bagian dari identitas kearifan lokal yang memperkaya nuansa Ramadan di tanah serambi madinah.