Liputan6.com, Cirebon - Peta budaya di wilayah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah menyimpan fenomena menarik. Cirebon dan Indramayu yang secara administratif masuk Jawa Barat justru menunjukkan pengaruh budaya Jawa yang kuat.
Sementara itu, Brebes, Bumiayu, hingga Cilacap di Jawa Tengah justru mempertahankan budaya Sunda. Perbedaan ini ternyata berakar pada sejarah panjang kerajaan-kerajaan Nusantara dan pola migrasi masa lalu.
Mengutip dari berbagai sumber, Kesultanan Cirebon yang berdiri pada abad ke-15 berkembang sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di pesisir utara Jawa. Letaknya yang strategis di jalur pantai utara (Pantura) membuat wilayah ini menjadi titik temu berbagai pengaruh budaya.
Advertisement
Kedekatan geografis dengan Demak dan Mataram juga turut memperkuat penetrasi budaya Jawa ke Cirebon. Proses akulturasi ini menghasilkan budaya yang unik, di mana bahasa Jawa Cirebon berkembang dengan ciri khas berbeda dengan bahasa Jawa standar.
Ekspansi kerajaan Mataram Islam ke wilayah barat pada abad ke-17 juga memperkuat pengaruh Jawa di Cirebon. Kebijakan politik Mataram yang memindahkan penduduk dari wilayah tengah ke daerah baru turut memengaruhi komposisi etnis dan budaya di Cirebon.
Proses Berbeda
Proses ini berbeda dengan wilayah pedalaman Jawa Barat yang relatif tidak terpengaruh karena kondisi geografisnya yang berbukit-bukit. Sementara itu, wilayah Brebes Selatan, Bumiayu, hingga Cilacap justru menjadi kantong-kantong budaya Sunda di Jawa Tengah.
Fenomena ini berkaitan dengan runtuhnya kerajaan Pajajaran pada abad ke-16. Masyarakat Sunda yang melarikan diri dari serangan kerajaan lain mencari perlindungan di wilayah pegunungan yang sulit dijangkau.
Daerah perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah dengan topografi bergunung-gunung menjadi tempat perlindungan ideal bagi masyarakat Sunda. Perbedaan topografi memainkan peran dalam pola penyebaran budaya ini.
Wilayah Cirebon yang datar dan berada di jalur pantai lebih mudah menerima pengaruh luar. Sementara itu, wilayah pegunungan di selatan Brebes justru menjadi benteng alami yang melindungi budaya Sunda dari asimilasi.
Hingga kini, perbedaan budaya ini masih dapat diamati melalui bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Cirebon memiliki dialek khusus yang berbeda dengan bahasa Jawa standar.
Sementara wilayah Bumiayu dan sekitarnya tetap menggunakan bahasa Sunda dalam komunikasi sehari-hari. Perbedaan ini juga tercermin dalam tradisi kesenian, arsitektur, dan pola permukiman masyarakat.
Penulis: Ade Yofi Faidzun
Advertisement
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5450945/original/026930700_1766212333-token_klaim.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5450524/original/043277400_1766143127-ikan_bibit.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/2289804/original/030262300_1532422235-20180724-Daging-Ayam-Naik-4.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5432608/original/039355600_1764817183-Cek_Fakta_Tidak_Benar_Ini_Link_Pendaftaran_-_2025-12-04T072013.095.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/3075128/original/040457300_1584015720-Menurut_catatan_salah_satu_bangunan_bersejarah_di_Keraton_Kanoan_Cirebon_ini_menjadi_tempat_pelantikan_sultan_yang_baru.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/1372955/original/050192600_1476351212-cirebon.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5446038/original/003387300_1765871568-Lagidiskon__desktop-mobile__356x469_-_Button_Share.png)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/1429293/original/037383000_1481114577-20161207--Laptop-Acer-Seharga-20-Juta-Jakarta-Angga-Yuniar-01.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5436096/original/000714800_1765162370-pexels-photo-1740919.webp)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4800209/original/049531900_1712900090-shutterstock_2286683503.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5442113/original/056839600_1765528039-Ilustrasi_smartphone__tablet__dan_laptop.png)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5441514/original/073297500_1765510798-Depositphotos_547538726_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5429431/original/070225500_1764586417-pexels-yankrukov-9072212.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5434294/original/022663100_1764921813-Depositphotos_209735730_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5424660/original/045643900_1764150556-IMG-20251126-WA0006.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5429377/original/065579200_1764583822-pexels-shkrabaanthony-5264912.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5428662/original/071057300_1764557835-Depositphotos_170438662_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5426355/original/026522800_1764302989-Depositphotos_189719384_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5415137/original/055240200_1763361833-pexels-muffinsaurs-1214212.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5443674/original/028777000_1765708988-Banjir_Cirebon.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4016981/original/055489100_1652075718-20220905-FOTO---ASN-PEMROV-DKI-JAKARTA-Herman-2.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5416838/original/068951100_1763470157-IMG-20251118-WA0000.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/thumbnails/5418316/original/049759500_1763614790-cirebon-diterjang-banjir-ratusan-rumah-terendam-d532c8.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5412077/original/078861200_1763032181-Cirebon.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5334357/original/018433000_1756713533-1000569398.jpg)