PP Properti Tetapkan Harga IPO Rp 185 per Saham

PT PP Properti Tbk akan memperoleh dana dari IPO sekitar Rp 908,78 miliar yang akan digunakan untuk pengembangan usaha dan lunasi pinjaman.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Mei 2015, 19:28 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2015, 19:28 WIB
Ilustrasi investasi Properti 3
Ilustrasi investasi Properti (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - PT PP Properti Tbk, anak usaha PT PP Tbk menetapkan harga saham perdana Rp 185 per saham. Angka ini merupakan batas bawah dari kisaran harga saham yang ditawarkan Rp 185-Rp 320 per saham dalam rangka penawaran saham perdana/initial public offering (IPO).

Dengan penetapan harga IPO itu, perseroan akan memperoleh dana sekitar Rp 908,78 miliar. PT PP Properti Tbk akan melepas 4,91 miliar saham baru atau sekitar 34,98 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dan setiap saham memiliki nilai nominal Rp 100 . Dana hasil IPO, sebagian besar dana atau sekitar 75 persen akan digunakan untuk pengembangan usaha.

Sisanya 15 persen digunakan untuk pengembangan proyek Grand Kamala Lagoon, Grand Sungkono Lagoon, dan Gunung Putri Square. Sedangkan sisanya 10 persen akan digunakan untuk melunasi pinjaman kepada induk usaha PT PP (Persero) Tbk.

Untuk melaksanakan IPO ini, perseroan telah menunjuk sejumlah penjamin emisi efek antara lain PT Bahana Securities, PT CIMB Securities Indonesia, PT CLSA Indonesia, PT Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas.

Jadwal IPO antara lain pernyataan efektif dari OJK diharapkan dapat diperoleh pada 8 Mei 2015, masa penawaran umum pada 11-13 Mei 2015. Perseroan mengharapkan pencatatan saham perdana dapat dilakukan pada 19 Mei 2015.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan, harga saham PT PP Properti Tbk yang ditetapkan di batas bawah menunjukkan ada pengaruh dari sentimen perlambatan ekonomi Indonesia di kuartal I 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,7 persen pada kuartal I 2015 dibandingkan periode sama tahun 2014 di kisaran 5,2 persen. Suku bunga tinggi di level 7,5 persen dan daya beli masyarakat melemah, menurut David, telah membuat ekonomi melambat di kuartal I 2015.

Sektor properti yang melambat juga dapat mengurangi minat investor. David juga menilai, saat ini likuiditas juga sedang ketat apalagi investor asing cenderung keluar.

"Kalau mereka beli saham IPO untuk jangka panjang maka belum tahu ke depan bagaimana. Jadi mereka hanya beli jangka pendek sehingga memilih saham-saham yang sudah tercatat di bursa," kata David saat dihubungi Liputan6.com, Senin (11/5/2015). (Ahm/)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya