Depresiasi Rupiah Tekan Kinerja Emiten Properti

Ekonomi melambat dan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pengaruhi kinerja emiten properti hingga kuartal III 2015.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Nov 2015, 16:14 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2015, 16:14 WIB
Ilustrasi Investasi Properti 7
Ilustrasi Investasi (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja emiten properti cukup beragam hingga kuartal III 2015. Ada sejumlah faktor turut mempengaruhi kinerja properti mulai dari depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi.

Salah satu emiten kena dampak depresiasi rupiah tersebut yaitu PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI). Perseroan membukukan laba bersih turun 92,35 persen menjadi Rp 62,57 miliar hingga kuartal III 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 818,9 miliar. Penjualan turun 23,15 persen menjadi Rp 2,16 triliun.

PT Alam Sutera Realty Tbk menanggung rugi selisih kurs hingga Rp 791,3 miliar pada kuartal III 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 54,6 miliar.

Emiten lainnya yang alami penurunan laba bersih yaitu PT Intiland Development Tbk (DILD). Perseroan membukukan laba bersih turun 28,4 persen menjadi Rp 214,89 miliar hingga kuartal III 2015. Sedangkan pendapatan tumbuh 20,77 persen menjadi Rp 1,57 triliun hingga kuartal III 2015.

Tak hanya itu, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) juga membukukan laba bersih turun 26,4 persen menjadi Rp 360,6 miliar hingga kuartal III 2015. Akan tetapi, pendapatan naik 11,7 persen menjadi Rp 3,91 triliun hingga kuartal III 2015. Pendapatan itu ditopang dari kenaikan pendapatan berulang sebesar 14,4 persen menjadi Rp 1,15 triliun. Pengembangan properti menguat 10,6 persen menjadi Rp 1,15 triliun.

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mencatatkan laba bersih menjadi Rp 1,16 triliun hingga kuartal III 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,31 triliun. Perseroan alami rugi kurs Rp 139 miliar dari periode sama tahun 2014 untung Rp 5,91 miliar. Meski demikian, pendapatan tumbuh 31,13 persen menjadi Rp 3,56 triliun hingga September 2015.

Pendapatan itu ditopang dari pendapatan berkelanjutan naik 38 persen menjadi Rp 1,69 triliun secara Year on Year (YoY) dan pendapatan pengembangan naik 26 persen menjadi Rp 1,86 triliun.

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga alami penurunan laba bersih. Laba bersih perseroan turun sekitar 46,28 persen menjadi Rp 1,89 triliun hingga September 2015. Akan tetapi, pendapatan tumbuh 17,69 persen menjadi Rp 4,63 triliun hingga kuartal III 2015. Perseroan mengalami penurunan laba bersih investasi menjadi Rp 37,56 miliar dari periode sama tahun 2014 di kisaran Rp 1,61 triliun.

Hingga sembilan bulan pertama 2015, ada sejumlah emiten properti masih membukukan kinerja positif. Salah satunya grup Ciputra. PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) mencetak laba bersih naik 21,25 persen menjadi Rp 460,9 miliar hingga kuartal III 2015. Pendapatan menguat 31,49 persen menjadi Rp 1,44 triliun. Perseroan memperoleh laba kurs menjadi Rp 7,62 miliar.

Sementara itu, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencetak laba naik tipis 5,99 persen menjadi Rp 935,11 miliar pada kuartal III 2015. Pendapatan naik 27,14 persen menjadi Rp 5,37 triliun.

Kinerja positif ini juga dialami oleh  PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Perseroan mencatatkan laba bersih naik tipis delapan persen menjadi Rp 734,3 miliar hingga kuartal III 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 680,2 miliar.

Pendapatan naik 11,4 persen menjadi Rp 1,4 triliun.Perseroan membukukan kenaikan pendapatan 127 persen menjadi Rp 842,9 miliar dari Rp 371,8 miliar pada periode kuartal III 2014 atau mengkontribusikan 57,3 persen dari total pendapatan.

Ekonomi Melambat Pengaruhi Sektor Properti

Ilustrasi Investasi Properti 5
Ilustrasi Investasi Properti (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Ekonomi Melambat Pengaruhi Sektor Properti

Analis PT MNC Securities, Gilang Anindito menuturkan perlambatan ekonomi dan rugi laba kurs rupiah terhadap dolar AS telah menekan kinerja emiten properti sepanjang sembilan bulan pertama 2015.

Berdasarkan data valuta asing Bloomberg, rupiah mengalami depresiasi sekitar 8,66 persen secara year to date. Rupiah sempat berada di 12.388 per dolar AS pada 31 Desember 2014 menjadi 13.563 pada 3 November 2015.Sejumlah emiten memiliki utang dolar AS cukup besar.

Hal itu terjadi pada kinerja emiten PT Alam Sutera Realty Tbk yang alami rugi kurs menjadi Rp 791 miliar.Hal senada dikatakan Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya. Ia mengatakan suku bunga acuan atau BI Rate cukup tinggi di level 7,5 persen juga mempengaruhi minat masyarakat untuk sektor properti. Selain itu, perlambatan ekonomi ditambah sejumlah aturan pengenaan kenaikan pajak untuk properti di atas Rp 10 miliar, Gilang menilai turut menambah beban emiten properti.

"Berdasarkan laporan Indonesia Property Watch menunjukkan kalau pertumbuhan penjualan rumah untuk segmen menengah hingga atas turun masing-masing 36,9 persen dan 31,8 persen. Akan tetapi kalau segmen bawah naik 56,7 persen hingga kuartal III 2015. Perlambatan ekonomi juga cukup mempengaruhi sektor properti," tutur Gilang saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (4/11/2015).

Meski demikian, Gilang menilai, emiten properti dapat memperoleh keuntungan dari penjualan rumah untuk segmen bawah. Hal itu mengingat penjualan rumah di segmen bawah naik 56 persen.

Melihat kondisi itu, Gilang menilai ekonomi Indonesia masih melambat masih mempengaruhi laju kinerja emiten properti hingga akhir 2015. Akan tetapi, William menilai, sektor properti masih menarik dalam jangka menengah hingga panjang. Apalagi ada peluang Bank Indonesia menurunkan BI Rate. Willian menilai, hal itu jadi sentimen positif untuk emiten properti.

Gilang pun merekomendasikan sejumlah saham untuk diperhatikan pelaku pasar seperti saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Sedangkan William memilih saham ASRI dan PT Summarecon Agung Tbk. (Ahm/Igw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya