Harga Minyak Angkat Sektor Saham Tambang di Awal Pekan

Sektor saham tambang naik 11,95 persen hingga penutupan perdagangan saham Senin 7 Maret 2016.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Mar 2016, 20:43 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2016, 20:43 WIB
20150730-Bursa-Saham-Jakarta
Sejumlah orang mengamati Papan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis, (30/7/2015). Setelah terus melemah, IHSG akhirnya menguat 29,82 poin atau 0,61 persen) ke level 4.750,31. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Sektor saham tambang mencetak kenaikan terbesar pada perdagangan saham Senin (7/3/2016). Kenaikan sektor saham tersebut didorong sentimen kenaikan harga komoditas terutama minyak.

Berdasarkan data RTI, sektor saham tambang naik 4,3 persen, dan mencatatkan penguatan terbesar di awal pekan ini. Kenaikan sektor saham tambang terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,40 persen ke level 4.831,57.

Secara year to date (hingga perdagangan Senin 7 Maret 2016), sektor saham tambang naik 11,95 persen ke level 907,99.

Di awal pekan ini, sejumlah saham tambang mencatatkan top gainer atau menguat paling besar. Saham PT Indika Energy Tbk (INDY) naik 14,55 persen ke level Rp 189 per saham, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 11,64 persen ke level Rp 6.475 per saham, dan saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mendaki 9,56 persen ke level Rp 745 per saham.

Selain itu, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menanjak 8,99 persen ke level Rp 1.940 per saham, saham PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) naik 8,1 persen ke level Rp 454 per saham, dan saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) mendaki 7,1 persen ke level Rp 830 per saham.

Sejumlah analis menilai, penguatan sektor saham tambang didorong sentimen kenaikan harga minyak ketimbang faktor fundamental.

Harga Minyak Pengaruhi Sektor Saham Tambang

Harga Minyak Pengaruhi Sektor Saham Tambang

Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan harga minyak dunia terus naik ke level di atas US$ 35 telah menjadi pendorong sentimen global.

Hal itu pun berdampak terhadap sektor saham tambang. Kenaikan sektor saham tambang lebih besar ketimbang sektor perkebunan pada awal 2016, Satrio menilai hal itu lantaran sektor saham tambang ini telah jatuh cukup dalam pada tahun lalu.

Akan tetapi, Satrio melihat, sektor saham tambang belum begitu baik untuk investasi jangka panjang lantaran harga minyak masih rendah.

"Kalau harga minyak dunia berada di posisi US$ 37-US$ 40 maka sektor saham tambang menarik untuk trading. Kalau investasi masih tergantung harga minyak ke depan," kata Satrio saat dihubungi Liputan6.com, Senin pekan ini.

Hal senada dikatakan Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada. Ia mengatakan pelaku pasar masih memantai kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait suku bunga.

Apalagi rilis data ekonomi AS cenderung variasi. Melihat kondisi itu, Reza menilai sentimen tersebut menekan dolar AS dan mampu mengangkat harga komoditas.

Reza menuturkan, saat ini dari sisi fundamental belum ada sentimen signifikan yang mempengaruhi sektor saham tambang. "Kenaikan harga komoditas lebih dipengaruhi sentimen bukan karena fundamental," kata Reza.

Di tengah sentimen itu, Reza memilih sejumlah saham tambang yang dapat dicermati pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Sedangkan Satrio memilih saham PTBA, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO). (Ahm/Igw)

 

Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar Mulai Pukul 06.00 - 09.00 WIB. Klik di sini 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya