Liputan6.com, New York - Wall Street mampu ditutup menguat pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta) setelah sebelumnya sempat diperdagangkan di zona negatif. Penguatan Wall Street karena data tenaga kerja tidak begitu mengecewakan.
Mengutip Reuters, Sabtu (7/5/2016), Indeks Dow Jones Industrial Averange (DJIA) menguat 7,9,92 poin atau 0,45 persen ke level 17.740,63. Indeks S&P 500 naik 6,51 poin atau 0,32 persen ke angka 2.057,14. Sedangkan indeks NAsdaq melonjak 19,06 poin atau 0,40 persen ke level 4.736,16.
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS), data nonfarm payrolls mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut di bawah perkiraan atau konsensus dari para ekonom. Kenaikan data tenaga kerja pada April tersebut terkecil sejak September 2015 lalu.
Baca Juga
Namun meskipun di bawah perkiraan dari para analis, para pelaku pasar masih cukup optimistis karena rata-rata penghasilan per jam dan per minggu mengalami kenaikan. Para analis melihat bahwa perlambatan nonfarm payrolls ini akan mempengaruhi rencana dari Bank Sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunga.
"Reaksi spontan dari pelaku pasar setelah keluarnya data memang membuat Wall Street tertekan, tetapi tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengetahui situasi sehingga mendorong penguatan, jelas Kepala Investasi North Star Investment Management Corp, Chicago, AS, Eric Kuby.
"Perekonomian AS masih cukup baik namun memang kemungkinan besar kenaikan suku bunga The Fed belum akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini," tambahnya.
Berdasarkan survei Reuters kepada para pelaku pasar modal, mereka melihat bahwa kenaikan suku bunga Bank Sentral AS kemungkinan besar tidak akan dilakukan pada Juni ini tetapi mundur ke September nanti.
Data-data ekonomi yang cukup bercampur antara mendorong dan penekan membuat rencana kenaikan suku bunga terombang-ambing namun yang paling penting adalah situasi ekonomi global yang masih terus melemah. (Gdn/Ndw)