Wall Street Kembali Menguat Usai Brexit

Sekitar 8 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di atas sekitar 7,5 miliar rata-rata selama 20 sesi terakhir.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Jun 2016, 04:11 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2016, 04:11 WIB
Gerak Wall Street
Gerak Wall Street

Liputan6.com, New York - Wall Street  kembali menguat pada Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) dipicu investor yang masih terus mencerna dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones industrial average naik 284,96 poin atau 1,64 persen menjadi 17.694,68 poin. Sementara indeks S & P 500 naik 34,68 poin atau 1,7 persen ke posisi 2.070,77 poin dan Nasdaq Composite menambahkan 87,38 poin atau 1,86 persen ke posisi 4,779.25.Khusus indeks S & P 500 kembali bangkit dari penurunan yang dipicu Referendum Inggris. Brexit telah mengeluarkan sekitar US$ 3 triliun dana dari pasar ekuitas global, menurut Indeks S&P Dow Jones.

Sektor keuangan memimpin indeks S&P dengan naik 2,3 persen, tertinggi dari semua sektor. Demikian pula saham energi melonjak 2 persen, didukung kenaikan harga minyak. Semua dari 10 kelompok industri ditutup lebih tinggi.

"Ini bukan akhir dari dunia dan tidak pernah ada akhir dunia, dan terdapat berbagai jenis reaksi konyol saat ini," kata Jeff Weniger, Strategi Portofolio Senior BMO Private Bank di Chicago.

Adapun rebound Wall Street dalam dua hari terakhir bertepatan dengan kenaikan harga minyak, yang menguat setelah terjadi penarikan lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah AS.

"Orang-orang masih menggunakan minyak sebagai semacam proxy untuk membaca kondisi ekonomi global," kataChuckCarlson,ChiefExecutiveOfficer HorizonInvestmentServices diHammond,Indiana.

Menambah sentimen positif, belanja konsumen AS tercatat naik untuk bulan kedua berturut-turut pada Mei. Ini seiring meningkatnya permintaan untuk mobil dan barang-barang lainnya. Namun ada kekhawatiran Brexit bisa mempengaruhi permintaan rumah tangga sehingga mengurangi konsumsi.

Saat ini pedagang sebagian besar mendapatkan keuntungan jangka pendek terkait kenaikan suku bunga AS, di mana prediksinya hanya sedikit yang menilai akan ada kenaikan suku bunga pada pertemuan Federal Reserve di Desember, menurut situs CME Group FedWatch.

"Penundaan pada kenaikan suku bunga membantu pasar secara keseluruhan menikmati prospek kebijakan jangka panjang," kata Tim Ghriskey, Kepala Investasi Solaris Asset Management di New York.

Namun investor masih memperkirakan akan terjadi volatilitas pada gerak Wall Street dalam beberapa pekan mendatang di tengah ketidakpastian tentang hengkangnya Inggris dari Uni Eropa.

Sekitar 8 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di atas sekitar 7,5 miliar rata-rata selama 20 sesi terakhir.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya