Penurunan Saham Apple Bebani Wall Street

Dow Jones industrial average turun 48,69 poin atau 0,26 persen ke level 18.454,3.

oleh Arthur Gideon diperbarui 31 Agu 2016, 04:31 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2016, 04:31 WIB
S&P 500 kehilangan 4,26 poin atau 0,2 persen ke angka 2.176,12.
S&P 500 kehilangan 4,26 poin atau 0,2 persen ke angka 2.176,12.

Liputan6.com, New York - Wall Street tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Salah satu penyebab penurunan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut adalah penurunan saham Apple.

Mengutip Reuters, Rabu (31/8/2016), Dow Jones industrial average turun 48,69 poin atau 0,26 persen ke level 18.454,3. S&P 500 kehilangan 4,26 poin atau 0,2 persen ke angka 2.176,12. Sedangkan Nasdaq Composite turun 9,34 poin atau 0,18 persen ke level 5.222,99.

Saham Apple membebani indeks setelah tersiar berita bahwa otoritas pajak Eropa memerintahkan kepada perusahaan pembuat iPhone tersebut untuk membayar pajak ke pemerintah Irlandia sebesar 13 miliar euro atau kurang lebih US$ 14,50 miliar.

Namun tekanan dari saham Apple tersebut mampu diimbangi dengan kenaikan saham-saham perbankan sehingga penurunan Wall Street tidak terlalu dalam. Saham-saham di sektor keuangan memang terdorong naik karena semakin meningkatnya kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. 

Indeks kepercayaan konsumen AS pada Agustus naik ke level tertinggi untuk 11 bulan terakhir. Sebagian besar masyarakat AS yakin bahwa perekonomian di negara tersebut bakal membaik yang ditandai dengan bertambahnya pasar tenaga kerja.

Pelaku pasar menunggu konfirmasi data tenaga kerja yang bakal keluar pada Jumat nanti. Jika data tenaga kerja tersebut sesuai dengan prediksi maka kemungkinan kenaikan suku bunga acuan akan semakin tinggi.

"Perekonomian membaik, pasar tenaga kerja juga tumbuh. Ada alasan bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga," jelas Kepala Investasi Voya Investment Management, New York, AS, Paul Zemsky.

Ia melanjutkan, jika dilihat dari kondisi Desember lalu saat Bank Sentral AS menaikkan suku bunga, S&P 500 mencapai level tertinggi. Ada kemungkinan keadaan tersebut terjadi lagi pada tahun ini. S&P 500 menorehkan rekor kembali sebelum akhirnya tertekan karena aksi ambil untung. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya