Liputan6.com, New York - Bursa saham mungkin kembali bergejolak. Akan tetapi, saham perusahaan teknologi terus naik meski ekonomi global tidak pasti, ketidakpastian bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve, teroris, dan pemilihan presiden AS.
Indeks Nasdaq yang berisi saham-saham perusahaan teknologi turun kurang satu persen dari level tertinggi. Akan tetapi, baru-baru ini, saham Apple naik lebih dari lima persen sejak peluncuran iPhone 7 awal bulan ini. Saham Apple di kisaran US$ 113,58. Penguatan juga menjadi salah satu alasan utama sektor saham teknologi kembali positif.
Namun tak hanya Apple, tetapi saingannya juga mendorong kenaikan saham teknologi. Saham Amazon naik 15 persen. Harga saham Amazon di kisaran US$ 780,51. Saham Facebook melonjak hampir 25 persen. Saham Facebook di kisaran US$ 128,6. Sedangkan Alphabet, induk usaha Google naik tiga persen.
Baca Juga
Saham-saham teknologi lainnya juga menguat antara lain saham Intel naik delapan persen sepanjang 2016. Saham Cisco (US$ 31.09) dan Broadcom mencatatkan untung 15 persen. Kemudian saham Qualcomm dan Texas Instruments melonjak lebih dari 25 persen.
Saham-saham tersebut termasuk terbesar di antara 25 perusahaan di indeks saham Nasdaq 100. Mengutip laman CNN Money, Rabu (21/9/2016), kenaikan saham-saham teknologi itu didukung dari valuasi saham di indeks Nasdaq yang masih masuk akal. Valuasi saham Apple 13 kali pada tahun depan, demikian juga Intel.
Selain itu, Alphabet dan Facebook yang harga sahamnya lebih mahal dari pesaingnya juga dinilai masih ditransaksikan di level harga yang masuk akal.
Meski demikian, selama perusahaan teknologi terus mencatatkan pendapatan solid maka valuasi saham perusahaan teknologi akan terus menanjak. (Ahm/Ndw)
Advertisement