Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung bergejolak sepanjang November 2016. Meski demikian, emiten farmasi memandang pergerakan rupiah masih aman lantaran telah sediakan bahan baku hingga Desember.
Melihat kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah bergerak di kisaran 13.036-13.549 per dolar AS pada 2016. Berdasarkan kurs Bloomberg, rupiah cenderung tertekan terhadap dolar AS sepanjang November 2016.
Rupiah merosot 3,86 persen dari posisi 13.047 per dolar AS pada 1 November 2016 menjadi 13.551 per dolar AS pada 29 November 2016. Rupiah cenderung naik tipis sekitar 1,72 persen sepanjang 2016.
Hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2016 dengan kemenangan Donald Trump telah mengejutkan pasar keuangan global sehingga berimbas ke pasar keuangan Indonesia. Nilai tukar rupiah sempat bergerak positif ke level 12.999 per dolar AS imbas dari hasil pengampunan pajak atau tax amnesty harus terdepresiasi ke level 13.300-13.500 imbas dari hasil pemilihan presiden AS 2016.
Selain itu, menurut Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su menuturkan, kegaduhan politik yang terjadi di dalam negeri juga menambah sentimen ke pasar keuangan. Dalam catatan Bahana ada sekitar Rp 10 triliun yang keluar dari pasar obligasi dan saham dalam dua hari. Akibatnya rupiah depreasi cukup tajam.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah akan berdampak ke kinerja emiten. Salah satunya emiten farmasi, lantaran bahan baku produknya sebagian impor.
Advertisement
Akan tetapi, Sekretaris Perusahaan PT Indofarma Tbk Yasser Arafat menuturkan meski nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah tapi masih aman hingga akhir tahun lantaran bahan baku persedian obat sudah siap hingga Desember 2016.
Pihaknya mengkhawatirkan bila nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah pada tahun depan."Kalau rupiah kembali ke 14.000 per dolar AS, berat nagi industri yang bahan bakunya impor semua," ujar dia.
Meski demikian, pihaknya siap antisipasi rupiah bergejolak dengan optimalkan persedian bahan baku dan produk jadi.
Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius mengatakan, rupiah melemah memberikan dampak kenaikan biaya produksi obat-obatan. Vidjongtius melihat, pergerakan rupiah seharusnya menguat lantaran fundamental ekonomi yang baik. "Adanya perubahan mendadak di Amerika Serikat yang membuat gejolak ini (rupiah)," kata dia.
Pihaknya masih bisa atasi bila pelemahan rupiah dalam jangka pendek dengan efisiensi internal. Oleh karena itu, ia harapkan pelemahan rupiah tidak dalam jangka panjang. Rupiah diharapkan bergerak di kisaran 13.500 per dolar AS.
Harry menuturkan, Indonesia sudah memiliki fondasi kuat dengan ekonomi tumbuh stabil 5 persen ketika ekonomi negara lain lesu. Jadi meski Donald Trump merealisasikan janji kampanyenya yang lebih melindungi produk dalam negeri Amerika Serikat, Indonesia masih bisa tumbuh dari konsumsi rumah tangga yang masih menjadi motor penggerak utama ekonomi di dalam negeri.
Ia menambahkan, bila pemerintah fokus benahi serapan anggaran infrastruktur maka dua hal itu dapat menjadi senjata pamungkas atas kekhawatiran pasar usai kemenangan Trump.Keamanan politik juga tidak bisa diabaikan, pemerintah harus bisa menciptakan iklim politik yang kondusif untuk membuat investor kembali percaya investasi di Indonesia.
"Bagi investor asing,kestabilan politik menjadi isu penting melakukan investasi.Reformasi pajak masih terus dilanjutkan untuk menurunkan pajak perusahaan sehingga Indonesia bisa lebih kompetitif dibanding Singapura," kata dia.
Pihaknya revisi perkiraan level nilai tukar rupiah yang tadinya di kisaran 12.800 per dolar AS seiring keberhasilan tax amnesty maka rupiah akan berada di kisaran 13.200 per dolar AS.
"Pemerintah masih harus tetap waspada karena volatilitas masih bayangi pasar keuangan Indonesia karena pasar menanti susunan kabinet presiden terpilih dan bagaimana kinerja Trump selama 100 hari pertama. Kalau bisa jangan lagi ditambah dengan persoalan di dalam negeri, Indonesia perlu segera benahi diri terutama persoalan politik," jelas dia.