Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah pada awal perdagangan 2017. Tekanan IHSG terjadi lantaran pelaku pasar merealisasikan keuntungan usai window dressing pada akhir 2016.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (3/1/2017), IHSG turun 20,74 poin atau 0,39 persen ke level 5.275,97. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,16 persen ke level 883. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Ada sebanyak 180 saham melemah, sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 123 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. Sebanyak 103 saham lainnya diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 172.850 kali dengan volume perdagangan 5,9 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 4,5 triliun.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham tambang naik 0,58 persen. Sejtor saham perkebunan merosot 1,15 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri tergelincir 0,98 persen dan sektor saham perdagangan susut 0,82 persen.
Baca Juga
Investor asing masih melakukan aksi jual. Tercatat aksi jual mencapai Rp 65 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.471.
Saham-saham yang menguat antara lain saham FISH mendaki 20 persen ke level Rp 4.800 per saham, saham HOTL menanjak 18,11 persen ke level Rp 150 per saham, dan saham ABBM menguat 10,34 persen ke level Rp 2.240 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham ARII turun 25 persen ke level Rp 390 per saham, saham DPUM tergelincir 24,58 persen ke level Rp 494 per saham, dan saham BKSW turun 21,88 persen ke level Rp 250 per saham.
Bursa Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,68 persen ke level 22.150, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,88 persen ke level 2.043,97, indeks saham Shanghai menanjak 1,04 persen ke level 3.135. Selain itu, indeks saham Singapura mendaki 0,62 persen ke level 2.898 dan indeks saham Taiwan mendaki 0,21 persen ke level 9.272.
Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su menuturkan, tekanan IHSG terjadi lantaran pelaku pasar merealisasikan keuntungan usai window dressing pada akhir tahun.
Advertisement