Sentimen The Fed Bayangi Bursa Asia

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen di awal perdagangan Kamis pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Jan 2017, 08:45 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2017, 08:45 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Sedangkan dolar Amerika Serikat (AS) menguat usai pernyataan pimpinan bank sentral AS atau the Federal Reserve Janet Yellen yang beri sinyal kenaikan suku bunga dapat dilakukan secara cepat pada tahun ini. Sentimen the Fed tersebut mempengaruhi laju bursa Asia.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen di awal perdagangan. Indeks saham Jepang Nikkei naik satu persen. Indeks saham Australia menguat 0,4 persen.

Pernyataan pimpinan bank sentral Janet Yellen telah memberikan sentimen di bursa saham. Dalam pidatonya di Commonwealth Club of California, Yellen menuturkan, bila menahan suku bunga terlalu lama akan memberikan risiko yang mengejutkan. Oleh karena itu masuk akal the Federal Reserve menaikkan suku bunga secara bertahap.

Selain itu, investor juga mencermati perkembangan jelang pelantikan presiden terpilih AS Donald Trump pada Jumat pekan ini.

Pelaku pasar mengharapkan pemerintahan baru AS dapat mendorong stimulus sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Selain itu, pelaku pasar juga antisipasi kenaikan suku bunga the Federal Reserve.

Di pasar uang, dolar AS cenderung menguat. Indeks dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang asing dengan naik 0,4 persen ke level 101,31.

"Dolar AS menguat dipengaruhi sentimen Yellen. Namun investor Jepang juga mencermati perkembangan jelang pelantikan presiden AS Donald Trumo," ujar Mitsuo Imaizumi, Chief Currency Strategist Daiwa Securities seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (19/1/2017).

Euro relatif stabil terhadap dolar AS di kisaran US$ 1,06 jelang pertemuan bank sentral Eropa. Sebelumnya bank sentral Eropa secara mengejutkan akan pangkas pembelian obligasi pada April. Di pasar komoditas, harga minyak Amerika Serikat (AS) naik 0,7 persen menjadi US$ 51,46 per barel.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya