Rupiah Sentuh 13.327 per Dolar AS, IHSG Melonjak 29 Poin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melonjak 1,01 persen atau 55,01 poin ke level 5.487 pada awal sesi perdagangan.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Mar 2017, 09:13 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2017, 09:13 WIB
Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ikuti bursa global usai bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga 0,25 persen.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Kamis (16/3/2017), IHSG naik 29,53 poin atau 0,54 persen ke level 5.461,91. Indeks saham LQ45 mendaki 0,82 persen ke level 905,84.

Pada pembukaan pukul 09.00, IHSG pun terus melonjak. IHSG menguat 39,30 poin atau 0,07 persen ke level 5.471,68. Indeks saham LQ45 menguat 1,15 persen ke level 908. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun  sempat melonjak 1,01 persen atau 55,01 poin ke level 5.487 pada awal sesi perdagangan.

Ada sebanyak 117 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 16 saham melemah. Sedangkan 68 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.480,88 dan terendah 5.458. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 9.321 kali dengan volume perdagangan 380 juta saham. Nilai transaksi harian Rp 272 miliar.

Investor asing melakukan aksi beli mencapai Rp 96 miliar di seluruh pasar. Sedangkan posisi dolar AS di kisaran Rp 13.327.

Secara sektroal, 10 sektor saham kompak menguat. Sektor saham aneka industri naik 2,32 persen, dan catatkan penguatan terbesar di awal sesi. Selain itu, sektor saham tambang mendaki 1,32 persen dan sektor saham keuangan mendaki 1,35 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham FPNI mendaki 24,10 persen ke level Rp 484 per saham, saham PORT melonjak 19,63 persen ke level Rp 630 per saham, dan saham MRAT naik 12,75 persen ke level Rp 230 per saham.

Saham-saham RIMO merosot 25 persen ke level Rp 195 per saham, saham UNSP tergelincir 4,02 persen ke level Rp 382 per saham, dan saham SULI turun 3,27 persen ke level Rp 296 per saham.

Sebagian besar bursa Asia menguat usai kenaikan suku bunga The Fed. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,19 persen ke level 24.071,07, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,64 persen ke level 2.147,26, indeks saham Shanghai melonjak 0,66 persen ke level 3.263.

Selain itu, indeks saham Singapura mendaki 0,84 persen, dan indeks saham Taiwan menguat 0,79 persen ke level 9.820. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,16 persen ke level 19.545.

Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su menuturkan, nilai tukar rupiah, obligasi dan IHSG akan baik-baik saja usai the Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,75 persen-1 persen. Hal ini sesuai dengan harapan pelaku pasar.

Di sisi lain, pejabat the Federal Reserve juga memberikan pernyataan yang cenderung kurang agresif. Dengan kenaikan tersebut, dolar AS turun tajam dan imbal hasil obligasi turun 10 bps.

Dalam laporan Ashmore menyebutkan, IHSG sedikit berubah pada perdagangan saham kemarin seiring ada sejumlah perubahan jajaran direksi dan komisaris pada perusahaan. Diperkirakan ada potensi perubahan susunan manajemen di PT Bank Tabungan Negara Tbk, PT Waskita Karya Tbk dan Pertamina.

Sedangkan dalam riset DBS Indonesia, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) akan memutuskan besaran suku bunga acuan atau yang disebut BI 7-day repo rate. Analis pasar memperkirakan BI belum perlu merespons kenaikan suku bunga the fed kalau besok diputuskan naik, dengan serta merta menaikkan suku bunga acuan di dalam negeri.

Lantaran inflasi di dalam negeri diperkirakan masih akan berada dalam target BI antara 3 persen - 5 persen untuk sepanjang tahun ini, meski pemerintah masih melanjutkan rencana kenaikan tarif listrik.

Adanya arus modal ke pasar diperkirakan masih akan mengalir seiring dengan ekspektasi adanya kemungkinan S&P menaikkan rating Indonesia dalam waktu dekat. Kredit perbankan masih tumbuh 7,9 persen secara tahunan. Tahun ini perbankan menargetkan kredit akan tumbuh sekitar 10 persen - 12 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka neraca perdagangan Indonesia selama Februari 2017 mengalami surplus sebesar US$ 1,32 miliar. Sedangkan secara kumulatif dari Januari-Februari 2017 juga surplus sebesar US$ 2,75 miliar. Untuk ekspor mencapai US$ 12,57 miliar atau menurun 6,17 persen dibandingkan Januari 2017. Sementara bila dibanding ekspor Februari 2016 naik 11,55 persen.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya