Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia diperdagangkan bervariasi di hari terakhir Maret seiring investor yang tengah mencerna serangkaian data ekonomi Jepang yang menguat dan Korea Selatan yang melemah.
Melansir laman CNBC, Jumat (31/3/2017), indeks Australia ASX 200 melemah 0,16 persen. Namun indeks Jepang Nikkei tercatat naik 0,54 persen terdukung pelemahan yen.
Adapun data harga inti konsumen Jepang naik 0,2 persen pada Februari secara year on year. Ini menandai pertumbuhan tercepat dalam hampir dua tahun.
Advertisement
Baca Juga
Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,07 persen, setelah data output pabrik negara itu turun pada Februari sebesar 3,4 persen dari bulan sebelumnya. Ini merupakan yang terburuk dalam lebih dari 8 tahun.
Sebelumnya jajak pendapat Reuters telah memperkirakan output industri negara ini mendatar pada bulan lalu.
Sedangkan Wall Street sebelumnya menguat pada penutupan perdagangan Kamis dipimpin sektor saham keuangan, setelah data menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS lebih kuat dari laporan sebelumnya di kuartal terakhir terdorong belanja konsumen.
Tercatat, sektor teknologi juga membawa Nasdaq mencetak rekor penutupan tertinggi.
Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 69,17 poin atau 0,33 persen ke posisi 20.728,49. Sementara indeks S&P 500 naik 6,93 poin atau 0,29 persen menjadi 2.368,06 dan Nasdaq Composite bertambah 16,80 poin atau 0,28 persen ke levpoinel 5.914,34 .
Departemen Perdagangan AS melaporkan jika pelambatan pertumbuhan ekonomi lebih kecil dari laporan sebelumnya pada kuartal keempat terdorong penguatan belanja konsumen. Produk domestik bruto pada tingkat tahunan meningkat 2,1 persen dari sebelumnya sebesar 1,9 persen.
Sementara Harga minyak melonjak ke posisi tertinggi dalam tiga minggu setelah Kuwait menyatakan dukungan perpanjangan pemotongan produksi bersama OPEC untuk mengurangi kekenyangan minyak di pasar global.
Menteri Perminyakan Kuwait Essam al-Marzouq mengatakan negaranya berada di antara beberapa negara yang mendukung perpanjangan kesepakatan antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan eksportir lain untuk membatasi output.
Harga minyak mentah Brent ditutup naik 54 sen, atau sekitar 1 persen ke posisi US$ 52,96 per barel setelah mencapai level US$ 53,10.