Penyelidikan terhadap Trump Bikin Bursa Asia Melemah

Laporan ada penyelidikan terhadap Presiden AS Donald Trump dan the Federal Reserve menaikkan suku bunga bayangi bursa Asia.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Jun 2017, 08:40 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2017, 08:40 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang1
Orang tercermin dalam papan yang menampilkan rata-rata Nikkei di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/ 2015). Nikkei adalah indeks pasar saham untuk Bursa Saham Tokyo. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Hal tersebut terjadi usai ada laporan kalau Presiden AS Donald Trump sedang diselidiki penasihat khusus lantaran diduga menghalangi untuk mendapatkan kebenaran terkait keterlibatan Rusia saat Pilpres AS.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,1 persen. Bursa saham Asia melemah didorong indeks saham Jepang Nikkei turun 0,4 persen. Indeks saham Jepang Topix melemah 0,2 persen. Adapun indeks saham Australia tergelincir 0,3 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi sedikit berubah.

Minat investor terhadap aset berisiko berkurang usai data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melambat. Selain itu, sentimen lainnya didorong dari bank sentral AS atau the Federal Reserve yang menaikkan suku bunga seperti yang diperkirakan. Bank sentral AS juga berencana mengurangi portofolio obligasi atau surat utang senilai US$ 4,2 triliun. Demikian seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (15/6/2017).

Inflasi melemah juga meragukan pandangan bank sentral AS kalau ekonomi terus menguat. Dari AS, Washington Post melaporkan kalau Donald Trump sedang diselidiki oleh penasihat khusus Robert Mueller.

Mueller menyelidiki dugaan Rusia terlibat pada Pilpres AS dan berkolusi dalam kampanye Trump. Tim kuasa hukum Trump pun menyangkal laporan itu.

Di pasar Asia juga sedang menunggu kebijakan bank sentral China apakah akan mengikuti bank sentral AS yang memperketat kebijakan moneternya.

Sedangkan di pasar uang, dolar AS kembali melambung dari level terendah dalam tujuh bulan terhadap sejumlah mata uang asing. Penguatan dolar AS terjadi usai the Federal Reserve menaikkan suku bunga. Selain itu the Federal Reserve berencana mengurangi portofolio obligasi senilai US$ 4,2 triliun.

Ketua the Federal Reserve Janet Yellen mengatakan kalau proses itu dapat dimulai segera. The Federal Reserve juga diperkirakan menaikkan suku bunga sebanyak satu kali lagi pada akhir tahun.

Namun keputusan the Federal Reserve dibayangi data ekonomi AS yang mengejutkan. Harga konsumen secara tak terduga turun menjadi 1,7 persen. Penjualan ritel turun 0,3 persen pada Mei, terbesar sejak Januari 2016. Data ekonomi itu membuat indeks dolar AS turun ke level 96,32 pada Rabu waktu setempat.

Euro pun diperdagangkan di kisaran US$ 1,12 usai capai level tertinggi dalam tujuh bulan. Dolar AS berada di posisi 109,35 terhadap yen. Di pasar komoditas, harga minyak Brent turun 0,4 persen menjadi US$ 46,83 per barel di awal perdagangan di Asia.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya