Pasokan dari AS Berkurang, Harga Minyak Naik

Terjadi penurunan 100 ribu barel per hari produksi minyak AS karena badai tropis dan adanya pemeliharaan kilang.

oleh Nurmayanti diperbarui 04 Jul 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2017, 06:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 2 persen, melanjutkan kenaikan harian terpanjang dalam lebih dari lima tahun setelah data menunjukkan berkurangnya output minyak dari AS.  Kenaikan terjadi meskipun analis mengatakan kabar peningkatan produksi minyak OPEC dapat menurunkan kenaikan harga.

Melansir laman Reuters, Selasa (4/7/2017), harga minyak mentah berjangka Brent naik 91 sen atau 1,9 persen menjadi US$ 49,68 per barel. Harga minyak naik 5,2 persen pada pekan lalu, yang merupakan kenaikan mingguan pertama di enam negara.

Sementara harga minyak mentah AS ditutup naik US$ 1,03 atau 2,2 persen menjadi US$ 47,07 per barel, merupakan harga tertinggi dalam hampir satu bulan. Volume perdagangan harian minyak mentah AS tercatat rendah jelang hari libur Kemerdekaan AS.

Harga minyak mentah naik untuk sesi kedelapan, yang menjadi kenaikan terpanjang sejak Februari 2012. "Ini semua tentang sentimen pasar," kata analis minyak senior Commerzbank Carsten Fritsch.

Dia mencontohkan penurunan 100 ribu barel per hari produksi minyak AS karena badai tropis dan adanya pemeliharaan kilang. Serta penurunan jumlah rig AS.

"Ini ... (sementara) menjadi faktor lebih besar dari peningkatan tajam dalam produksi minyak OPEC pada bulan Juni ... dan terus meningkatnya output Libya dan Nigeria, setidaknya saat ini," dia menambahkan.

Dalam sebuah catatannya, Citibank menulis bahwa posisi bersih minyak yang dikelola merupakan yang terkecil sejak Januari 2016.

Setelah 23 minggu berturut-turut meningkat, aktivitas pengeboran untuk produksi minyak baru di Amerika Serikat turun untuk pertama kalinya sejak Januari, sebanyak dua rig. Sementara data pemerintah AS menunjukkan output minyak mentah turun pada bulan April untuk pertama kalinya tahun ini.

"Kami pikir jatuhnya harga telah menyebabkan pertumbuhan output AS melambat," Standard Chartered menulis dalam sebuah catatannya.

Harga minyak turun lebih dari 12 persen tahun ini, seiring penurunan permintaan global dalam menyerap kenaikan produksi dari Amerika Serikat, Nigeria, Brasil, Laut Utara dan Libya, yang telah meningkat menjadi lebih dari 1 juta barel per hari.

Sementara pasokan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPCE) mencapai angka tertinggi di 2017. Produksi OPEC naik 280 ribu bpd menjadi 32,72 juta bpd Juni. Kenaikan terjadi terlepas dari janji kelompok tersebut untuk menahan produksi.

Tonton video menarik berikut ini:

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya